Total Pageviews

Translate

Tuesday, June 15, 2021

Paid By Crypto

This story began with Abbey Road, the 50th anniversary edition. You know how in today's fast paced life, music was often just a background noise to kill the solitude while you were busy doing something else? I didn't want that. For this special occasion, I decided to do it the good old way, when listening to music was actually an activity. 

For the next 47 minutes, I wore headphones and did nothing else. As I closed my eyes, what I heard made me smile. The vocals, the melody, the great music. Basically everything one could expect from a band called the Beatles

Then of course there was this groovy drumming of Ringo Starr. It was so captivating that it reminded me how I used to love playing drums as well. I remember lining up boxes and banging them with drum sticks, the only part I could afford then. I remember the happiness I had 20 years ago. It was fun, wasn't it? How about getting a drum kit now?

I was indecisive about it. I wanted to buy one, but spending SGD 500 felt like a bit too much for a hobby that I hadn't pursued for the past two decades. On the other hand, I had been quietly observing cryptocurrency, especially Ethereum (ETH). I missed the first round when it suddenly went as high as SGD 5.5K. From that moment on, I thought I'd like to give it a try, so I made a wager in our high school chat group: if I made enough profit, I'd buy the drums.

That's when I learnt how to trade. A friend from Hong Kong recommended Exodus for the crypto wallet and xanpool.com for trading. This whole thing sounded quite complex as they were separated. Then another friend, the one we called CEO, suggested Coinhako. This solution is not only more integrated, but it also designed with Singapore users in mind. I eventually decided to use this instead.

The registration was slightly unusual as it involved face recognition. For password, it used PIN and also 2FA from Google Authenticator. Once all this was setup, the trading finally began! I was prepared to enter at SGD 2.9K, but when it dropped tremendously to 2.7K, I found myself waiting and wondering if it could drop further to 2.6K. I was a novice and I must say that I was surprised to discover this human nature called greed in me. In the end market rebounded and I entered at SGD 2.9K as I originally intended to, haha.

What happened next was the waiting game. During this period, I realized that crypto was kind of odd. It was either I didn't know anything about it or there wasn't any indicator for me to tell if it'd go up or down. As a result, I developed this habit of checking the price. Eventually, I set up the alert to sell when the price reached SGD 3.5K. Two days later, it hit the sell price around 5am. I was still groggy, not entirely sure if I was to sell, but then my friend, an early bird from Surabaya, sternly warned me that I better exited the position as I said I would.

I knew he meant well so I did exactly that and cashed out. Just like the buy and sell, there was some small percentage of withdrawal fee charged by Coinhako. It took almost five days to receive the money in my bank account. I immediately ordered the drums from Amazon right after that and two weeks later, that young man from 20 years ago, the one who had to make do with boxes (and ceiling fan blades as cymbals) finally had his own drum kit! 

Conclusion? With my limited experience, while it's true that I made profit within such a short time span, it was probably pure luck. There was no telling how crypto actually worked. Secondly, my skill was so rusty that Ringo's drumming on Abbey Road felt intimidating. I actually switched to Michael Learns to Rock after one round, haha. And lastly, the moral of the story was, to quote Irene Cara, "take your passion and make it happen!"

Give me the beat, girl!



Dibayar Oleh Kripto

Cerita kali ini dimulai dengan Abbey Road, edisi 50 tahun. Anda pasti tahu bahwa di masa kini, musik seringkali hanya sekedar latar belakang bagi anda yang sibuk mengerjakan hal lain. Nah, saya tidak mau yang seperti ini. Untuk kesempatan yang istimewa ini, saya memutuskan untuk menikmati musik dengan cara lama, ketika mendengarkan lagu merupakan sebuah aktivitas yang menghibur. 

Oleh karena itu, selama 47 menit, saya menggunakan headphones dan bersantai tanpa mengerjakan hal apa pun. Sewaktu saya memejamkan mata, apa yang saya dengar membuat saya tersenyum. Suara penyanyinya, melodi gitar dan juga musiknya sesuai dengan apa yang bisa diharapkan dari grup musik bernama the Beatles

Kemudian tentu saja ada permainan drum Ringo Starr yang merupakan daya tarik tersendiri. Begitu memukau sehingga saya pun jadi teringat, betapa saya suka menabuh drum dulu. Saya ingat tatkala saya menjejerkan kotak-kotak dus dan menggebuknya dengan drum sticks, satu-satunya bagian dari drum yang sanggup saya beli pada saat itu. Saya teringat dengan kegembiraan saat bermain drum 20 tahun lalu. Senang rasanya, bukan? Bagaimana kalau misalnya memiliki drum sekarang?

Saya jadi ragu. Di satu sini, saya ingin membeli drum, tapi di sini lain, rasanya menghambur SGD 500 untuk hobi yang sudah lama saya tinggalkan tidaklah bijak. Saya lantas teringat dengan mata uang kripto yang sering saya amati belakangan ini, terutama Ethereum (ETH). Saya tidak sempat ikut serta ketika harganya melambung tinggi hingga SGD 5.500. Sejak saat itu, saya jadi ingin coba, jadi saya pun sesumbar di grup SMA: kalau saya dapat untung di kripto, maka saya akan beli drum.  

Dari sinilah saya mulai cari tahu. Seorang teman dari Hong Kong merekomendasikan Exodus sebagai dompet kripto dan xanpool.com untuk jual-beli. Akan tetapi prosesnya terdengar cukup rumit karena dompet dan tempat jual-beli terpisah. Seorang teman lain yang akrab dengan panggilan CEO lalu menganjurkan Coinhako. Solusi lebih terintegrasi dan cenderung cocok untuk pengguna di Singapura, jadi akhirnya saya pakai yang ini. 

Proses registrasinya agak unik karena melibatkan teknologi pengenalan wajah. Untuk password, Coinhako menggunakan PIN dan juga 2FA dari Google Authenticator. Setelah pendaftaran berhasil diproses, saya pun bisa mulai membeli kripto. Awalnya saya ingin masuk di harga beli SGD 2.900, namun ketika harganya jatuh sampai 2.700, saya jadi menanti dan membayangkan apakah harganya bisa turun lagi hingga 2.600. Saya adalah pemula dan terus-terang saya terkejut juga saat menyadari bahwa tanpa sadar saya menjadi tamak dan tidak melakukan transaksi di harga beli yang saya tetapkan sebelumnya. Pada akhirnya pasar berbalik arah dan saya pun masuk di harga 2.900, haha.  

Apa yang terjadi selanjutnya adalah penantian. Selagi menanti, saya jadi merasa bahwa kripto ini agak aneh. Entah saya sendiri yang tidak tahu apa-apa tentang kripto atau memang tidak ada indikator jelas apakah harganya akan naik atau turun. Alhasil, saya jadi memiliki kebiasaan melihat harga. Setelah itu saya memasang peringatan untuk menjual saat harga mencapai SGD 3.500. Dua hari kemudian, sekitar jam 5 pagi, terdengar bunyi yang menandakan bahwa harga sudah tercapai. Saya masih setengah sadar, tidak sepenuhnya yakin apa mesti lanjut tidur atau atau menjual ETH, tapi seorang teman dari Surabaya yang bangun pagi dan memantau pasar akhirnya mengingatkan saya kembali untuk segera bertindak sesuai dengan apa yang saya katakan sebelumnya. 

Saya tahu teman ini bermaksud baik, jadi saya pun jual dan ambil uangnya. Sama halnya seperti transaksi jual-beli, ada sedikit biaya administrasi untuk penarikan dana. Prosesnya memakan waktu hampir lima hari. Setelah menerima dana tersebut di rekening bank, saya bergegas memesan drum di Amazon. Dua minggu kemudian, pemuda dari 20 tahun silam yang dulunya harus membuat drum dari kotak dus (dan baling-baling kipas angin sebagai simbal) akhirnya memiliki drum sendiri! 

Kesimpulannya? Berdasarkan pengalaman saya yang terbatas, meskipun saya bisa mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat, saya rasa ini sepenuhnya bergantung pada nasib. Tidak jelas bagaimana cara kerja mata uang kripto itu sebenarnya. Hal kedua, permainan drum saya begitu buruk sehingga keahlian Ringo di Abbey Road terasa sangat mengintimidasi, sampai-sampai saya pindah ke lagu-lagu Michael Learns to Rock, hehe. Terakhir, bila ada moral dari cerita, maka bisa dirangkum lewat kutipan lagu Irene Cara, "take your passion and make it happen!"

No comments:

Post a Comment