One great thing about churchgoing is the entertaining and inspiring sermon. And that usually happened when our senior pastor was preaching. I have an affinity for funny people, and he certainly met the criteria, so there I was, listening attentively. That's when I heard the phrase, "prisoner of the past."
It was so cool and intriguing that it immediately got me thinking. The love I have for all the good times I had, does that make me the prisoner of the past? No, I tend to think that is simply cherishing the lovely memories. How about those who go on spending sprees on vintage toys? While that might be overcompensating, it was more of fulfilling a childhood dream. Then I recalled a friend who always harped on his failed marriages.
That had to be it: the failures that haunted and shackled you forever. But while I was quick to think of others as examples, the real value in understanding this was to see if I, too, was a prisoner of my past. Then I did a bit of soul-searching. All my life, it has been about fulfilling dreams and the time well spent. Even things I failed to achieve became blessings in retrospect. I laugh a lot and often the loudest. As far as I'm concerned, I don't think I have much regret.
The closest thing I could think of was my inability to swim. For more than four decades, I was the prisoner of the past. I made excuses so that I didn't have to do anything about it. When I wanted to learn, I didn't persevere. That was always the case until one day, when I saw my daughter laughing at me playfully as she swam past me. I decided perhaps it was time to confront my past.
The feelings were a mixed bag. I was embarrassed, but then I learned that it was for nothing. People actually didn't really care if a middle-aged stranger learned how to swim. I had a phobia when the water level reached my neck, but I pushed it through. I was worried that the water would flood into my ears, but that didn't happen. Finally, when I wore the swimming goggles and opened my eyes in the water, the fear subsided instantly. And just like that, I was liberated. I was no longer a prisoner of my past.
I learned that being a prisoner of the past is a matter of choice. You can continue feeling sorry for yourself, or you can do something about it. You either let it define who you are, or you take control and change it. In a world where we are quick to point out others' flaws, it's not going to be easy, but it's doable nonetheless.
![]() |
My earliest documented visit to a swimming pool. Couldn't swim since then. |
Terbelenggu Masa Lalu
Satu hal yang saya sukai dari kebaktian di gereja adalah khotbah yang lucu dan menginspirasi. Dan seringkali itulah yang terjadi bila pastor senior kita berbicara di panggung. Saya selalu tertarik dengan orang yang lucu dan pintar, jadi saya pun mendengarkan dengan seksama. Lantas terucapkan olehnya istilah tahanan yang terbelenggu oleh masa lalu.
Frase tersebut sangat menggelitik sehingga saya serta-merta berpikir. Bagaimana halnya dengan kegemaran saya dalam bernostalgia tentang kebersamaan, apakah ini membuat saya terbelenggu masa lalu? Rasanya tidak, karena ini lebih cenderung mengenang masa-masa bahagia. Lalu bagaimana pula dengan mereka yang menghamburkan uang untuk mainan lama? Walau ada kesan kompensasi berlebihan, yang ini lebih condong ke perwujudan impian masa kecil. Kemudian saya teringat dengan teman yang suka mengungkit tentang pernikahannya yang gagal.
Sepertinya inilah definisi yang cocok: kegagalan yang menghantui dan senantiasa membelenggu. Namun walau saya bisa dengan cepat memikirkan orang lain sebagai contoh, yang paling penting dari pemahaman ini adalah mencari tahu, apakah saya pun terbelenggu oleh masa lalu. Saya lantas merenung. Hidup ini sudah saya jalani dengan mewujudkan aneka impian dan saya juga menggunakan waktu sesuai keinginan hati. Bahkan kegagalan saya pun menjadi berkat bila saya lihat kembali. Saya tertawa dan tak jarang pula tertawa paling keras. Jadi sejauh ini saya tidak memiliki banyak penyesalan.
Satu hal dari masa lalu yang bisa dikatakan pernah membelenggu saya adalah keahlian berenang yang tidak saya miliki. Selama lebih dari 40 tahun, saya terbelenggu oleh masa lalu. Ada saja alasan saya agar tidak perlu belajar dan mengatasi kekurangan saya ini. Bahkan di kala saya belajar, saya tetap tidak gigih dan bersungguh-sungguh. Selalu saja begitu, sampai pada suatu hari, saat melihat putri saya tertawa polos sewaktu berenang santai melewati saya. Saya lantas berpikir, mungkin sudah waktunya bagi saya melakukan sesuatu.
Perasaan saya pun bercampur aduk. Saya merasa malu, namun lekas saya sadari bahwa perasaan itu sebenarnya tidak perlu, sebab tidak ada orang di sekitar yang peduli kalau pria berumur 40an sedang belajar berenang di kolam ini. Saya memiliki fobia saat permukaan air mencapai leher saya, tapi saya tetap lanjut. Saya khawatir bahwa air akan masuk ke telinga, namun kekhawatiran itu tidak terbukti. Selanjutnya, ketika saya mengenakan kacamata renang dan membuka mata di dalam air, saat itu pula rasa takut saya sirna. Saya terbebaskan dan tak lagi terbelenggu oleh masa lalu. Kini saya bisa berenang.
Dari situ saya belajar bahwa menjadi tahanan masa lalu hanyalah masalah sebuah pilihan. Anda bisa terus-terusan merasa malang, atau anda lakukan sesuatu untuk keluar dari kemalangan tersebut. Anda bisa bersembunyi dan membiarkan masa lalu itu mendefinisikan anda, atau anda justru dengan rendah hati menerima kegagalan anda dan mulai melakukan perubahan yang berarti. Di dunia di mana kita dengan gesit menunjukkan kesalahan orang lain, tidaklah gampang untuk mengakui kelemahan kita sendiri, tapi percayalah bahwa semua itu bisa dilakukan.
No comments:
Post a Comment