Total Pageviews

Translate

Sunday, February 24, 2019

Wonderful Indonesia: Jakarta

If you ever wonder why it took me so long to write about Jakarta, that's simply because it was very difficult to write! It was the city that I visited as a tourist during school days and those visits happened a long, long time ago. Not only the old memories had faded away, but those that I still remember might not be relevant anymore. When I moved there to work, I rarely went to places of interest because when you lived in Jakarta, you'd rather go to the malls on weekend. Now that I live in Singapore and occasionally visited the city as a tourist again, I'd normally go for the food. Having said that, I had to think really hard about what to write.

At the Sacred Pancasila Monument. 

Nevertheless, it doesn't mean that Jakarta has no tourist spots. I went to quite a few destinations, all of them when I was a little boy. It's too bad that I had almost no recollection about the visit to Ragunan, but from what I read recently, the zoo seems to be well-maintained. Then there is Sacred Pancasila Monument that was built to commemorate the bloody event in 1965. I remember that as a kid, I was fascinated by the name Lubang Buaya, literally translated as Crocodile's Hole, as it sounded serious and frightening. My expectation was all-time high, but I was disappointed to see just a tiny hole with no crocodile. Anyways, childish imagination aside, the place was grand. It has a giant garuda towering over the lifelike statues of the seven revolution heroes. If you knew what happened at that time, you'd paused for a while to appreciate the monument. Then apart from this, there is another one called Monas, a grand national monument that I once visited. I have to say that it isn't quite the place it used to be thanks to the bad reputation it earns these days as the venue of the anti-government protest events, so proceed with caution if you feel like visiting it.

At Taman Mini with overseas friends.
Photo by Evelyn Nuryani.

The following ones are the more popular and safer destinations. I visited these places again when I was a working adult in Jakarta. There is Ancol Dreamland, a resort destination similar to Sentosa Island in Singapore. I remember watching Irrawaddy dolphins when I was a kid (and beluga whales many years later) for the first time here. The animals were part of the attractions. While you are there, you may want to visit Sea World Ancol. For those who need some excitement, Dunia Fantasi theme park is located here, too. From Ancol, if you are heading eastwards, you can go to Taman Mini Indonesia Indah which, despite the name, is not mini at all. It has everything Indonesia and of all the gardens, parks and museums, the one I loved the most was the Fresh Water Aquarium. It is definitely worth visiting!

The Singapore tourists, arrving at the newly built T3 of Soekarno-Hatta Airport.

Now, do take note that the traffic jam in Jakarta is notorious. When you are travelling from one destination to another, always include some buffer time (and remember to pee before the journey starts). While several attempts including the TransJakarta bus rapid transit system had been made to solve the issue, they all looked futile thus far. But bad though it may seem, the progress actually gets better. The train from airport to the city is modern and comfortable, a vast improvement that we never thought we would see. Soon there'll be MRT, too, so hopefully that will help.

At Bon Jovi's concert in Jakarta.
Photo by Franky. 

The traffic jam, coupled with the fact that the tourists spots are just nice for domestic crowd but not exactly of world class quality, are probably the reasons why Jakarta is avoided by many. Luckily the capital city of Indonesia has a lot more to offer. When it comes to shopping, Jakarta has aplenty to the extent that I'm actually wondering why Indonesians come and shop in Singapore, because the branded stuff sold in Jakarta is practically the same stuff. Shopping malls such as Central Park, Grand Indonesia and many more are excellent and one can easily spend one whole day there! The entertainment sector such as concerts, exhibitions and events are also not far behind. Notable artists and performing acts such as Yayoi Kusama or Guns N' Roses had come to Jakarta in the recent years. I myself attended the Bon Jovi concert four years ago and, while the crowd control at the entrance was poor, overall it was still quite a pleasant experience.

If none of the above is good enough a reason for you to go to Jakarta, then the mouth-watering cuisines should be the one you are looking for. Everything from the archipelago can be found here, from the pork-based dish of Lapo Ni Tondongta, the legendary oxtail soup of Hotel Borobudur, the pride of Pontianak namely Alu's mixed rice, Cianjur grilled fish, nasi Padang, Aloi's noodles from Palembang and many more! Too many to mention! Just go and have some fun in Jakarta already!

From top left, clockwise: oxtail soup, grilled fish, Padang rice, mixed rice, Aloi's noodles and Batak cuisines. 


Indonesia Yang Menakjubkan: Jakarta

Jika anda pernah bertanya dalam hati, kenapa saya membutuhkan waktu begitu lama untuk menulis tentang Jakarta dalam seri Indonesia Yang Menakjubkan, ini karena Jakarta sangat sulit untuk ditulis! Saya mengunjungi kota ini sebagai turis ketika saya masih kanak-kanak dan masa itu sudah lama berlalu. Kenangan lama ini sudah memudar dan yang tersisa di benak saya mungkin tidak lagi relevan karena Jakarta sudah jauh berubah. Ketika saya bekerja di Jakarta, saya jarang mengunjungi kawasan turis karena saat seseorang menetap di Jakarta, yang justru cenderung terjadi adalah bersantai di mal. Tatkala saya pindah ke Singapura dan kembali mengunjungi Jakarta sebagai turis, yang saya cari biasanya makanan. Karena alasan-alasan inilah saya merasa sulit untuk menulis tentang Jakarta.

Bagi yang tertarik untuk ke tempat wisata di Jakarta, kebetulan saya sempat mengunjungi beberapa dan semua kunjungan terjadi ketika saya masih kecil. Cukup disayangkan bahwa saya tidak lagi seperti apa Kebun Binatang Ragunan itu, tapi berdasarkan apa yang saya baca, kebun binatang ini sepertinya cukup terawat. Selain itu masih ada lagi Monumen Pancasila Sakti yang dibangun untuk mengenang para pahlawan yang menjadi korban peristiwa berdarah di tahun 1965. Sebagai seorang bocah, saat itu saya sangat terkesan dengan nama Lubang Buaya yang angker dan misterius, namun saya akhirnya kecewa karena lubang itu kecil dan tidak ada buayanya. Yang ada justru patung Garuda yang megah dan menaungi patung tujuh pahlawan revolusi. Monumen lainnya yang juga tergolong kolosal adalah Monas, namun reputasinya tidak lagi sebagus dulu karena sering menjadi ajang demonstrasi dan kegiatan anti pemerintahan. Berhati-hatilah kalau anda ingin berkunjung ke sana.

Suatu ketika di pantai Ancol. 

Tempat-tempat wisata berikut ini, yang sempat saya kunjungi lagi setelah pindah ke Jakarta, lebih populer dan aman. Pertama-tama ada Taman Impian Jaya Ancol, kawasan turis yang mirip konsepnya dengan Pulau Sentosa di Singapura. Saya pertama kali melihat pesut di sini. Bertahun-tahun kemudian, pada ulang tahun Kalbe, saya juga melihat paus beluga untuk pertama kalinya di sini. Bagi anda yang berminat, selagi anda berada di Ancol, anda juga bisa mengunjungi Sea World. Kalau anda mencari sesuatu yang lebih menantang, anda bisa mengunjungi Dunia Fantasi. Bila anda berkunjung ke arah timur Jakarta, anda bisa juga mampir ke Taman Mini Indonesia Indah. Perlu diingat bahwa namanya saja yang mini, tapi luar biasa luas kawasannya sehingga anda mungkin bisa menghabiskan sehari penuh di sini. Dari semua taman dan museum di TMII, yang paling saya gemari adalah Aquarium Air Tawar. Paling layak untuk dikunjungi, saya rasa! 

Perlu anda ketahui juga bahwa macetnya jalanan di Jakarta sangat parah. Kalau anda menempuh perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, selalu ingat untuk berangkat lebih awal jika anda harus hadir tepat waktu (dan jangan lupa kencing sebelum berangkat). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menguraikan kemacetan di Jakarta, termasuk juga pengadaaan jasa angkutan bis TransJakarta, tapi belum ada yang berhasil. Meski kelihatannya suram, beberapa terobosan baru mulai kelihatan. Kereta dari bandara ke kota misalnya, sarana ini terasa modern dan nyaman, sebuah peningkatan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Tak lama lagi Jakarta juga akan mempunyai MRT yang diharapkan bisa menjadi solusi.

Nongkrong di kafe bersama teman-teman, budaya khas di Jakarta. 

Kemacetan di Jakarta dan juga kawasan turis yang mungkin lebih cocok untuk turis domestik dan belum bertaraf internasional ini mungkin menjadi alasan kenapa Jakarta tidak menarik untuk dikunjungi para pelancong. Untung saja Jakarta masih memiliki berbagai kelebihan. Untuk mereka yang senang berbelanja, Jakarta memiliki banyak mal. Saya terkadang heran, kenapa masih banyak yang datang dan berbelanja di Singapura, padahal mal di Jakarta juga memiliki toko-toko yang menjual barang-barang mewah. Pusat perbelanjaan seperti Central Park, Grand Indonesia tidak kalah bila dibandingkan dengan mal yang ada di luar negeri. Di sektor hiburan yang mencakup konser dan pameran, Jakarta pun tidak kalah bersaing. Seniman terkemuka dan grup musik kawakan seperti Yayoi Kusama atau Guns N' Roses sudah pernah tampil di Jakarta. Saya sendiri pernah menghadiri konser Bon Jovi beberapa tahun silam dan, meskipun antrian masuknya parah, secara keseluruhan pengalaman konser tersebut tidaklah terlalu buruk.

Jika alasan-alasan di atas masih belum cukup untuk meyakinkan anda, saya rasa beraneka makanan yang sedap dan lezat bisa menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai jenis masakan dari seluruh nusantara bisa ditemukan di sini, mulai dari Lapo Ni Tondongta dari Batak, sup buntut legendaris dari Hotel Borobudur, nasi campur Alu yang menjadi kebanggaan Pontianak, ikan bakar Cianjur, bakmi Aloi dari Palembang, nasi Padang dan masih banyak lagi, terlalu banyak untuk disebutkan. Jadi tunggu apa lagi? Berangkatlah ke Jakarta dan alami sendiri sensasinya!



No comments:

Post a Comment