Total Pageviews

Translate

Thursday, June 6, 2019

The Man In Seat 61

In a blog post called Ticket to Ride, I did mention that travelling by train is my favourite mode of transport. I like the views, alright, but most importantly I like the fact that it's planted firmly on the solid ground, speeding through railway track that was carefully laid out from where we start to our destination. Compared with aeroplane or ship (a big, heavy piece of metal flying in the sky or floating above the water), the train ride is supposed to be the safest way to travel. Having said that, if things still go wrong, then it must be the act of God, haha.

My first ride, I believe, was from Jakarta to Bandung. My shortest ride was the five minutes trip from Singapore to Johor Bahru. The longest ride so far was the overnight train from Vientiane to Bangkok. The most impressive ride would be from Nagasaki to Fukuoka. The kamome train was so cool! But what would be the ultimate ride, the one that I dreamed the most?

In order to answer that, let's go back to how it all started. The first ride I had was pretty much organised by my friend Soedjoko and everything was taken care of. The first time I ever purchased the tickets myself was in Nanning, when Nuryani and I intended to go to Guilin by railways. It was a year later, in 2010, that I really planned for a train ride as part of the trip (it was the Laos-Thailand journey that I mentioned above).

It was during the research that I stumbled upon seat61.com. It's owned by Mark Smith, the man in seat 61 (that's his favourite seat). The information was quite comprehensive and, after I did the trip, I could confirm that it was accurate, too. Since then, I'd visit the website from time to time just for the sake of reading it. That's when I learnt about the Trans-Siberian Railway and its siblings, Trans-Mongolian and Trans-Manchurian. It was like the granddaddy of all train rides! So old, so mysterious. Imagine travelling from Moscow to Vladivostok, making our way through cities such as Ulaanbaatar and Beijing! Definitely a must try!

But all this paled in comparison with the revelation that one could actually travel by train from Singapore to London! It never occurred to me before that it was possible! However, after looking at the routes described on seat61.com, the world suddenly looked much smaller and connected. I might have to improvise a bit here and there to suit my need, but it was certainly doable. I couldn't help thinking that I should do it one day.

If I could make it happen, I would travel from Singapore to Malaysia, Thailand and Vietnam. I reckon I would enter China by crossing from Hanoi to Nanning. Then I could go to Kunming, passing by Shangri-La before reaching Urumqi in Xinjiang. From there, I'd go to Kazakhstan in the west, then crossed the Caspian Sea to to reach Azerbaijan before continuing to Georgia. Things would probably get tricky in Crimean Peninsula (it was a disputed region since it was annexed by Russia), but once I arrived in Ukraine, the ride should be smoother by a lot. I'd make my way to Poland, then Germany and France. The last leg would be from Paris to London by Eurostar.

In my mind, it was a leisure and spontaneous trip. I'd travel lightly by just bringing the basic necessities and credit cards. Despite the initial plan above, I also liked the idea about making some last-minute changes that brought me to somewhere else. I'd stay in one city for one or two days, enjoying life down there before departing to the next city. Only God knows how long it would take, but it would be real fun. The only problem would be the visa application required for Indonesia passport. That would be a nightmare! The trip would be much easier with a Singapore passport or its equivalent. I should get myself one of those!

With Benny at Thanaleng Station in Vientiane.


Pria Di Kursi Nomor 61

Di artikel blog yang berjudul Ticket to Ride, saya pernah bercerita sedikit bahwa kereta api adalah sarana transportasi favorit saya dalam berkelana. Saya menyukai pemandangan di luar jendela, tapi yang lebih saya sukai lagi adalah fakta bahwa kereta api berada kokoh di atas permukaan tanah, melaju di atas rel yang telah tersusun rapi dari stasiun tempat kita berangkat hingga ke tempat tujuan. Bila kita bandingkan dengan pesawat atau kapal yang tak ubahnya seperti besi baja yang melayang di udara atau mengapung di atas air, boleh dikatakan bahwa kereta adalah metode transportasi paling aman. Kalau ternyata memang masih celaka juga, apa boleh buat, namanya juga takdir, haha.

Saya pertama kali menaiki kereta sekitar 14 tahun yang lalu, ketika saya berangkat dari Jakarta ke Bandung bersama Parno dan kawan-kawan. Durasi yang paling singkat dalam menaiki kereta api adalah lima menit, dari Singapura ke Johor Bahru. Sejauh ini yang paling lama adalah kereta yang berangkat dari sore hingga pagi berikutnya, dari Vientiane ke Bangkok. Yang paling menakjubkan keretanya adalah jurusan Nagasaki ke Fukuoka. Dinding kaca kereta kamome bisa buram dan transparan secara otomatis! Akan tetapi apa sebenarnya perjalanan kereta yang paling saya impikan? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus kembali lagi ke asal-mula kegemaran saya dalam menaiki kereta. Perjalanan pertama saya di stasiun Gambir itu sudah diatur semuanya oleh teman saya Soedjoko, jadi pertama kalinya saya membeli tiket sendiri itu sebenarnya pada saat saya berada di Nanning, ketika saya dan Nuryani hendak berangkat ke Guilin dengan kereta. Di tahun berikutnya, tahun 2010, barulah saya merencanakan perjalanan kereta api sebagai bagian dari liburan Laos dan Thailand yang saya sebutkan di paragraf sebelumnya. 

Saat sedang mencari info di internet, saya menemukan situs bernama seat61.com. Pemiliknya adalah Mark Smith, pria di kursi nomor 61, kursi favoritnya di kereta Eurostar. Situsnya sangat detil dan setelah saya jalani, saya bisa jamin keakuratan informasinya. Sejak itu, terkadang saya mengunjungi situs ini di kala senggang untuk membaca. Dari sinilah saya mengetahui tentang Trans-Siberian dan dua rute lainnya, Trans-Mongolian and Trans-Manchurian. Kereta ini bagaikan sesepuh dari berbagai kereta terkenal lainnya, begitu tua dan serasa penuh misteri pula. Bayangkan jika bisa menempuh perjalanan dari Moskow ke Vladivostok dan melewati kota-kota seperti Ulanbator dan Beijing! Tentunya layak dicoba! 

Akan tetapi daya tarik ini pun pudar saat saya menyadari bahwa kita sebenarnya bisa menaiki kereta dari Singapura ke London! Ini adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Setelah saya liat rute-rute yang ada di seat61.com, dunia tiba-tiba terlihat lebih kecil dan terhubung. Saya mungkin perlu melakukan sedikit perubahan di sana-sini untuk menyisipkan kota-kota yang hendak saya kunjungi, tapi perjalanan ke Inggris bukanlah hal yang mustahil. Saya jadi tertarik untuk berkelana suatu hari nanti. 

Jika bisa terwujud, saya akan menyusuri Asia Tenggara dengan melewati Malaysia, Thailand and Vietnam. Selanjutnya saya akan memasuki Cina dengan cara menyeberang dari Hanoi to Nanning. Dari Provinsi Guangxi, saya bisa ke Kunming di Yunnan, mampir sejenak di Shangri-La sebelum meneruskan perjalanan ke Urumqi di Xinjiang. Dari situ, saya bisa ke Kazakhstan yang berada di sebelah barat Cina, lalu menyeberangi Laut Kaspia dan tiba di Azerbaijan. Georgia menjadi pemberhentian berikutnya sebelum saya memasuki Semenanjung Krim, daerah sengketa yang diklaim sebagai milik Rusia. Setibanya saya di Ukraina, perjalanan akan menjadi lebih mudah. Saya bisa lanjut ke Polandia, Jerman dan akhirnya tiba di Perancis. Paris akan menjadi kota terakhir yang saya kunjungi sebelum saya menaiki Eurostar ke London.  

Di benak saya, perjalanan ini harusnya santai dan spontan. Saya akan bertualang tanpa banyak bawaan, yang penting ada kartu kredit. Mungkin terkadang ada juga perubahan mendadak yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga saya pun menuju ke suatu tempat yang berbeda dari tujuan semula. Saya bisa tinggal sehari atau dua hari di suatu kota, menikmati kehidupan di sana, sebelum melanjutkan perjalanan ke kota lain. Entah berapa lama perjalanan dari Singapura ke London ini akan memakan waktu, tapi yang jelas rasanya seru. Kendala satu-satunya adalah urusan visa negara-negara lain bila saya memakai paspor Indonesia. Ini akan repot sekali! Akan lebih mudah jika bepergian dengan paspor Singapura atau yang setara dengannya. Saya mungkin harus dapatkan yang seperti itu! 

No comments:

Post a Comment