Total Pageviews

Translate

Monday, February 20, 2023

Tomorrow, The World!

To understand why I do what I am doing in the name of friendship, one has to read the Chronicler, the Impresario. Creating memory is what I do. That is simply me. And I had done quite a fair bit of things since we were graduated from high school: the original news feed long before Facebook existed, the reunion, the song, the photos, etc.

Then of course there was Robinson Travel. No, it wasn't a real tour and travel agency, haha, but holidays I organized since 2016. It was fun, but out of so many I did, the story today began with the trip to Semarang

The togetherness.

That trip was memorable. Nothing beats the feeling of traveling and hanging out with old friends who come from the same hometown and know your lingo so well. But Semarang was over. And while I was happy to see trips such as Prau and Karimunjawa happening, I wasn't going to repeat any domestic tour if I had to organize one more. 

I had a dream that we were going to somewhere far together at least once in our lifetime, hence Singapore was not even included in the destinations list this round. When Parno mentioned his wish to visit Japan, I made it my mission to see through it. While it seemed like I was making his dream came true, I was secretly fulfilling mine as well.

Parno giving a thumbs up!

So it all started in 2020, when things were dark and gloomy as we lived through life in the time of corona. It had been a long wait, long enough for me to sell the idea. That it wasn't just some joke, but it was quite doable. Some might have found it sickening for hearing it too often. I must have been hated by some for overselling the Japan trip, but in all honesty, I wasn't apologetic about it. 

Then came the fateful day of 12 October 2022, more than two years after the grand plan started. You'd think that things would be smooth-sailing once we bought the tickets, but no, we still got tons of dramas going on. Notable ones were the visa application saga (quite funny, though, as it involved gluing a passport-sizes photo with steamed rice on the application form) and a couple of cancellations (this one was both silly and unnecessary). 

17 minutes before landing.

Now, I'll have you know that this story is written as we're flying from Manila to Tokyo. As of now, it is 17 minutes before the landing at Haneda Airport. Looking back, it is crazy how we did it so far. But what many don't know is the reason I persevered. I'd kept quiet for the longest time, until now. The next paragraph is the reason why I did this trip.

The domestic trip to Semarang was fun and inspiring, but I wouldn't repeat it again. It was over and done with. If I had to do it, I wanted to go somewhere far together for once in my life, just like I said earlier. This is not to show off, but to prove that we can push it to the next level. You just have to dream about it and work on it. And it's better to do it now, while we can, than next time in the future.

And we made it. 13 of us!

I know that life is tough and money, to quote Ringo, don't come easy. But with a proper planning and perseverance, I know we can. True enough, people like Gunawan, Ardian and of course Parno prove it right. They went the longest distance, coming from Pontianak, and they made it to Japan. 

This is the learning curve that I'd been wanting to share since 2020. Now I can share it, because we finally made it. When I organized the Singapore trip in 2019, a friend commented that it was still a long way to go as the trip only happened in April. I remember that clearly, because it was this kind of mentality that I tried to get rid off. For those who went through this with me, welcome to Japan!

From Pontianak to Tokyo.



Melanglang Buana!

Bila anda ingin mengerti kenapa saya melakukan semua ini atas nama persahabatan, anda perlu membaca the Chronicler, the Impresario. Menciptakan kenangan bersama adalah hal yang saya lakukan. Inilah saya apa adanya. Dan saya sudah melakukan beberapa hal dari sejak lulus SMA: situs berita teman SMA jauh sebelum era Facebook, reuni, lagu We Are the World, koleksi foto dan lain-lain. 

Kemudian ada lagi yang namanya Robinson Travel. Tidak, ini bukan biro perjalanan, haha, tapi liburan yang saya organisir dari sejak tahun 2016. Memang seru, tapi dari banyak aktivitas yang saya pelopori, yang menjadi asal mula cerita kali ini adalah liburan ke Semarang.

Kebersamaan.

Liburan ke Semarang sungguh berkesan. Tidak ada yang mengalahkan perasaan bertualang dan berkumpul dengan teman seangkatan dari Pontianak yang mengerti bahasa dan jargon yang anda gunakan. Tapi Semarang sudah usai. Meskipun saya turut senang melihat liburan ke Prau dan Karimunjawa, saya tidak akan memprakarsai liburan domestik lagi. 

Saya ada impian bahwa saya akan pergi ke tempat yang jauh, minimal sekali seumur hidup bersama teman-teman. Oleh karena itu Singapura bahkan tidak masuk ke daftar destinasi kali ini. Tatkala Parno berkata bahwa dia ingin mengunjungi Jepang, saya jadi serius untuk mewujudkannya. Memang sepertinya saya membantu Parno mencapai impian, tapi sebenarnya saya juga berjuang menggapai impian saya sendiri.

Parno mengacungkan jempol di bulan Desember 2022.

Impian ini pun bermula di tahun 2020, ketika semua terlihat kelam dan kita berjuang melewati korona. Dua tahun ini adalah masa yang panjang, cukup panjang bagi saya untuk menjual ide ini. Saya meyakinkan teman-teman bahwa ini bukanlah lelucon, tapi sesuatu yang bisa diwujudkan. Mungkin ada beberapa yang muak mendengar "bualan" ini berulang-ulang. Saya bahkan mungkin dibenci karena dianggap berkoar-koar terus. Namun jujur saya katakan, saya tidak ada niat minta maaf, haha.

Lantas tibalah tanggal penentuan 12 Oktober 2022, lebih dari dua tahun setelah rencana disusun. Anda mungkin berpikir bahwa semuanya akan lancar jaya setelah kita membeli tiket, namun kenyataannya masih banyak drama yang terjadi. Beberapa kejadian penting antara lain saat aplikasi visa (cukup lucu, sebenarnya, karena melibatkan pasfoto yang ditempel dengan nasi di formulir aplikasi) dan juga pembatalan keberangkatan (kalau yang ini konyol dan sangat disayangkan). 

17 menit sebelum mendarat di Jepang.

Sebelum saya lanjut, perlu saya beritahukan bahwa cerita ini ditulis saat kita terbang dari Manila menuju ke Tokyo. Saat ini masih ada 17 menit sebelum kita mendarat di Bandara Haneda. Sewaktu saya melihat kembali, ada rasa tidak percaya bahwa kita akhirnya akan mencapai Tokyo. Dan mungkin saya tidak pernah bercerita kenapa saya berteguh hati mewujudkan impian ini. Saya telah lama menyimpan hal ini di dalam hati, sampai detik ini. Paragraf berikutnya akan mengulas kenapa saya mengkoordinir liburan ini. 

Liburan domestik ke Semarang memang seru dan menginspirasi, tapi saya tidak akan mengulangi hal serupa lagi. Bagi saya, itu sudah selesai dijalani. Jika saya harus melakukannya, saya ingin bepergian bersama ke tempat yang jauh, minimal sekali dalam seumur hidup. Ini bukan untuk pamer, tapi untuk membuktikan bahwa kita bisa ke level berikutnya. Kita hanya perlu bermimpi dan berusaha mewujudkan impian tersebut. Dan lebih baik sekarang waktunya, sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. 

13 orang yang berhasil tiba di Jepang.

Ya, saya tahu hidup ini tidak mudah dan uang, bila saya mengutip Ringo, juga tidak datang dengan gampang. Namun dengan perencanaan dan kegigihan, saya tahu kita bisa. Dan akhirnya Gunawan, Ardian dan tentu saja Parno membuktikan bahwa apa yang saya yakini itu benar. Dari semua anggota rombongan, mereka yang menempuh jarak paling jauh. Dari Pontianak, mereka sampai di Jepang.  

Inilah pembelajaran yang ingin saya bagikan dari sejak 2020. Saya bisa bercerita sekarang, karena akhirnya terwujud. Ketika saya menggagas liburan ke Singapura di tahun 2019, seorang teman berkomentar kenapa sudah diumumkan padahal masih lama. Saya ingat betul akan hal ini, dan mentalitas santai seperti inilah yang ingin saya kikis. Jadi bagi yang akhirnya turut serta, saya ucapkan selamat datang di Jepang!

Dari Pontianak ke Tokyo.


No comments:

Post a Comment