Total Pageviews

Translate

Saturday, May 19, 2018

The Home-Cooked Food

For those husbands out there, do you remember those days when you weren't married and you got to decide what to have for your dinner? You could pamper yourself with all sorts of food. You even got the luxury of time and went for supper with friends. Wasn't that fun?

Well, yes and no. For me, there were nights when I was wondering what to eat. There'd be times when I walked from one end to another at the hawker centre, browsing the food stalls, and still I had no idea what I was going to have. I don't know if you'll believe it or not, but I'm actually glad that period of my life is over.

My friend Susanti from Ketapang always said that her husband loves eating at home. I have the same habit, too. Home-cooked food is one of the best things in marriage life. I'd been living alone long enough that I reached the point where buying your own dinner wasn't fun anymore. On the other hand, coming home to find a freshly prepared dinner served on our dining table was a very rejuvenating experience. It's like being rewarded after a long day at work. I feel loved, really.

That colorful home-cooked dinner!

I remember another friend, Wiwi, who always asked for a suggestion about what to cook for the day. In hindsight, it's like we husbands are outsourcing to the wives the headache of deciding what to eat, haha. That's the reason why I never complained about the food at home, regardless how simple it was. On top of that, my wife is a good cook and she knows what I love, so I'm good.

It does help that I'm not a picky eater, too, because it could be a problem due to a very different background of ours. I was brought up by a Mum that always cooked soup and poured it to the rice, but my wife is fond of fried stuff and thanks to her years of growing up with Sundanese food, she's capable of having her meal dry and spicy. But we've learnt to compromise throughout out the years that we're together. I grow to like the fritters, too. Then how's our dinner like? There'll be fried stuff such as perkedel, fried stuffed tofu or fried chicken, then some other dishes that are not entirely dry, like fried kangkong.

Fried kangkong!

By the way, while we're at it, kangkong is my favorite vegetable. Not only it tastes good, but it's also one of the meals that is as cheap as it can be when it is cooked at home (it'll cost you easily SGD 7 per plate outside). My wife sure knows how I like it the most, so a splendid time is guaranteed for all! And, oh, I'm not kidding when I said my wife is the best cook for our family. For every few days of decent looking dishes such as fried bean sprout with tofu, there'll be one day of extravaganza such as soto and other Indonesian cuisines, too! We even got our friend Fendy to join in the feast as well, albeit once in a blue moon, haha.

So how should I end this? Ah, blessed are the wives that cook, for their husbands will have another good reason to be home early. In a fast-paced modern life that is full of distractions (and I'm a BlackBerry addict, guilty as charged), a good dinner time is scarce and therefore greatly appreciated!

Chicken soto. Delicious!


Masakan Di Rumah

Para suami, masih ingatkah kalian dengan masa-masa sebelum menikah dan makan di luar setiap malam? Di kala itu, kita bisa memanjakan diri dengan beraneka makanan yang kita sukai. Kita bahkan punya waktu untuk makan sekali lagi bersama teman-teman saat menjelang tengah malam. Tidakkah itu mengasyikkan? 

Hmm, jawabannya ya dan tidak. Terkadang ada malam dimana saya membayangkan apa yang musti saya makan. Tidak jarang pula saya mondar-mandir di pujasera, berjalan dari satu kios ke kios lain, namun tetap saja tidak memiliki ide untuk santap malam. Saya tidak tahu apakah anda percaya atau tidak, tapi saya sesungguh bahwa masa-masa itu sudah berakhir. 

Teman saya Susanti yang tinggal di Ketapang senantiasa berkata bahwa suaminya suka makan di rumah. Saya percaya dengan pernyataannya, sebab saya pun begitu. Masakan rumah adalah salah satu berkah bagi mereka yang sudah menikah. Saya sudah bertahun-tahun lamanya tinggal sendiri, mulai dari sejak di Jakarta sampai Singapura, dan saya sudah sampai pada ambang batas dimana membeli makan malam sendiri tidak lagi mengasyikkan. Perasaan saat pulang ke rumah dan menemukan masakan yang masih hangat tersaji di meja sangatlah berharga dan menyejukkan hati. Jerih-payah selama di kantor rasanya sepadan dan tidak sia-sia. Secara pribadi, saya merasa disayangi karena telah disediakan masakan oleh istri.

Gorengan: tahu isi dan perkedel.

Saya ingat dengan teman lain yang bernama Wiwi. Dia sering meminta saran, apa yang harus ia masak hari ini. Kalau saya telaah kembali, para suami tak ubahnya seperti menyerahkan persoalan pelik yang diembannya saat bujangan kepada istri, haha. Inilah alasannya kenapa saya tidak pernah mengeluh tentang masakan di rumah, meskipun kadang hanya sesederhana telur dan sayur. Istri saya pintar memasak dan dia tahu apa yang saya sukai, jadi tidak pernah masalah bagi saya. 

Di satu sisi, saya juga tidak rewal soal makanan. Kalau saja saya pemilih, kita bisa menghadapi masalah besar karena bedanya latar belakang kita. Saya dibesarkan oleh seorang Ibu yang selalu memasak sup dan mencampurkannya dengan nasi, sedangkan istri saya menyukai gorengan dan karena dia tumbuh dalam lingkungan Sunda, dia terbiasa dengan makanan yang kering dan pedas. Setelah bertahun-tahun bersama, saya rasa kita menyesuaikan diri dengan baik. Saya juga menyukai gorengan sekarang dan makan malam kita biasanya terdiri dari perkedel, tahu isi goreng atau ayam goreng dan juga menu yang agak basah seperti tumis kangkung.

Tumis toge dan tahu.

Oh ya, bicara tentang sayur yang satu ini, saya paling menyukai kangkung. Bukan saja enak rasanya, tetapi juga murah meriah jikalau dimasak di rumah (kalau makan di luar, sepiring kangkung harganya berkisar Rp. 70.000). Dan saya tidak sedang bercanda sewaktu saya berkata bahwa istri saya pintar memasak. Setelah beberapa hari menyajikan menu sederhana seperti tumis toge dan tahu, biasanya ada selingan istimewa seperti soto dan makanan Indonesia lainnya! Kita bahkan beberapa kali menjamu teman kita Fendy, pencinta masakan Indonesia, walaupun sudah cukup lama kita tidak mengundangnya, haha. 

Jadi bagaimana saya harus mengakhiri tulisan ini? Ah, berbahagialah para ibu yang memasak, sebab suami mereka memiliki satu alasan lagi untuk pulang ke rumah lebih awal. Di dalam kehidupan di negara maju yang cepat dan penuh dengan godaan (perlu saya akui bahwa saya adalah pecandu BlackBerry yang susah untuk berhenti mengecek telepon), waktu makan malam adalah kesempatan langka yang paling saya nikmati!

No comments:

Post a Comment