Total Pageviews

Translate

Thursday, February 23, 2017

Di Manakah Saya? (Part 3)

Mari kita mulai membaca tabel lagi:
Zona A artinya ada tujuan yang mau dicapai dan ada tindakan nyata untuk mencapainya sehingga berada di zona USAHA.
Zona B artinya ada tujuan yang mau dicapai tapi tidak ada tindakan nyata sehingga berada di zona MELAMUN.
Zona C artinya tidak mempunyai tujuan yang jelas tapi malah ada tindakan sehingga berada di zona NGAWUR.
Zona D artinya tidak ada tujuan dalam hidup dan tidak ada tindakan juga sehingga berada di zona MOGOK.

Nah, seperti biasa, kita akan bahas lagi satu persatu. Kita mulai dari tujuan. Tujuan merupakan pernyataan yang jelas tentang semua yang mau kita capai pada waktu tertentu di masa depan. Tujuan bisa seperti di bidang personal, pendidikan, karir atau hubungan dengan Tuhan. Misalnya: saya mau naik kelas dengan target nilai rata-rata 8 pada tahun ini, saya mau memperoleh promosi jabatan dan kenaikan gaji di kantor saya dalam waktu 1 tahun atau saya mau jadi lebih religious dengan lebih rajin pergi berdoa setiap minggu minimal tiga kali dan ikut  komunitas dalam melayani mulai hari ini.

Dengan adanya tujuan yang jelas, kita bisa membuat langkah-langkah spesifik yang harus kita jalani sehingga kita bisa sampai pada tujuan kita. Tujuan memberikan kita fokus atau penunjuk arah ke tempat yang hendak kita tuju. Dan dengan ditentukannya tujuan, kita juga bisa mengetahui halangan-halangan yang harus kita selesaikan dengan perencanaan, pengetahuan, bantuan orang lain dan yang tidak kalah pentingnya adalah doa. Kita akan lihat contoh cara menetapkan tujuan dan langkah-langkah untuk mencapainya:
Contoh I
Tujuan:
  • Ingin naik kelas dengan target  nilai rata-rata 8 pada tahun ini.
Halangan:
  • Terlalu banyak acara TV yang bagus.
  • Terlalu banyak main game.
  • Terlalu banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman.
  • Cara belajar yang kurang efektif.
Langkah-langkah:
  • Membatasi menonton acara TV hanya 30 menit sehari.
  • Membatasi main game hanya 15 menit sehari.
  • Membatasi berkumpul dengan teman hanya pada hari Minggu.
  • Membaca buku tentang cara belajar yang efektif.
  • Mengikuti bimbingan belajar (kursus) mata pelajaran yang susah dimengerti.
Sarana untuk mencapai tujuan:
  • Mentor untuk mengajari pelajaran-pelajaran sekolah yang susah dimengerti.
  • Buku tentang cara belajar yang efektif.
Perencanaan waktu untuk tujuan:
  • Memberikan pengertian kepada teman bahwa kita tidak bisa berkumpul bersama mereka setiap hari lagi kecuali minggu atau menyarankan belajar bersama pada saat kumpul.
  • Membaca buku cara belajar yang efektif.
  • Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
  • Menentukan waktu belajar dengan mentor.
Hasil tujuan:
  • Nilai yang lebih baik.
  • Puas akan pencapaian prestasi di sekolah.
  • Mendapatkan juara kelas.
  • Orang tua dan guru bangga.
  • Jalan-jalan bersama orang tua sebagai bonus dari juara kelas.
Contoh II
Tujuan:
  • Ingin lebih dekat dengan Tuhan mulai dari tahun ini dan seterusnya.
Halangan:
  • Terlalu banyak menghabiskan waktu dengan teman.
  • Game dan acara TV yang bagus-bagus.
  • Takut di jauhin sama teman-teman.
  • Masih belum terlalu kenal dengan komunitas yang ada.
Langkah-langkah:
  • Menentukan waktu untuk Tuhan dulu, bukan waktu sisa baru untuk Tuhan. Misalnya tiap minggu harus pergi berdoa.
  • Mulai mengurangi main game dan nonton TV dan tidak lagi mengikuti game baru dan acara TV.
  • Mengajak teman-teman ikut juga pergi berdoa.
  • Mulai bertanya ke sekertariat atau bertanya-tanya kepada teman-teman tentang komunitas yang ada.
Sarana untuk mencapai tujuan:
  • Informasi tentang komunitas yang ada.
  • Informasi tentang cara bergabung dengan komunitas.
Perencanaan waktu untuk tujuan:
  • Mengurangi waktu berkumpul dengan teman-teman yang tanpa tujuan yang membangun.
  • Hanya menonton TV saat ada acara yang membangun seperti program motivasi atau program keagamaan.
  • Mengajak teman-teman pergi berdoa bersama.
  • Bergabung dengan salah satu komunitas dalam bulan ini.
  • Mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas yang diikuti.
Hasil tujuan:
  • Merasa lebih dekat dengan Tuhan.
  • Pergaulan makin meluas.
  • Lebih bisa bersyukur.
  • Lebih puas dengan kehidupan spiritual.
  • Lebih memahami orang lain.
  • Lebih menghormati orang lain.
  • Merasa damai di hati.
Sebelum kita latihan, kita akan melanjutkan membahas tentang tujuan. Perlu diingatkan kembali bahwa kita harus berhati-hati karena ada beberapa hal yang bisa menghalangi tujuan kita, yaitu:
1. Keluhan yang negatif atau rasa rendah diri
Sering kita mendengar orang mengatakan, "saya ingin menjadi pandai tapi tak mungkin karena memang saya dilahirkan sebagai orang bodoh," atau, "saya ingin punya usaha sendiri tapi saya pasti gagal karena tidak punya pengalaman," dan seterusnya. Banyak sekali orang-orang menghancurkan tujuannya sendiri karena faktor ini. Ini adalah pembunuh tujuan sejati, maka lawan dan hancurkan ini dengan senjata yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu keluhan yang memotivasi atau teknik tetapi. Contoh: "saya ingin menjadi pandai, saya akan lebih rajin belajar, bertanya pada guru dan belajar bersama teman-teman," atau, "saya tidak punya pengalaman untuk usaha, tetapi sekarang saya sedang bekerja jadi saya akan lebih rajin untuk belajar dari atasan saya dalam menangani usaha."

2. Zona nyaman
Zona nyaman ini seakan-akan memberikan kita jaminan akan keamanan, namun inilah yang tanpa kita sadari akan membunuh tujuan kita. Banyak sekali orang-orang muda yang bersemangat untuk buka usaha sendiri dan mengawali kariernya di suatu perusahaan untuk mencari modal atau pengalaman, tapi saat karier sudah bagus di suatu perusahaan yang seolah-olah memberikan jaminan keamanan bagi dia, saat itu banyak sekali yang melupakan tujuan awalnya untuk mempunyai usaha sendiri. Secara tidak langsung, zona nyamannya sudah menghancurkan tujuannya.

3. Takut akan pengorbanan
Setiap tujuan pasti memerlukan pengorbanan baik itu waktu, tenaga atau pemikiran, namun perlu kita ingat bahwa tanpa pengorbanan, apalah artinya saat kita mencapai tujuan kita. Pengorbanan merupakan proses yang membimbing kita ke arah tujuan kita. Banyak sekali dari kita yang takut akan pengorbanan sehingga melupakan tujuan yang ingin dicapai.

4. Orang tua
Kita semua yakin orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tapi kadang-kadang ego dari orang tua menghancurkan tujuan anak-anak mereka tanpa mereka sadari atau, lebih ironis lagi, terkadang mereka sadar akan hal itu namun tetap mempertahankan ego mereka karena merasa itu yang terbaik untuk anak mereka. Alangkah bijaknya jika orang tua membiarkan anak-anak mereka untuk menggapai tujuannya sehingga hidup mereka akan lebih berarti.

Norman Cousins, seorang profesor psikiatris yang memegang peranan penting di UCLA (University California of Los Angeles) berkata, “kematian bukanlah kehilangan besar dalam hidup kita. Kehilangan terbesar dalam hidup kita adalah matinya beberapa hal dalam diri kita sementara kita hidup.”

Maksud pernyataannya adalah untuk memberitahukan kepada kita betapa pentingnya tujuan dalam hidup kita. Setiap orang harus mempunyai tujuan, karena inilah yang akan memberikan kita energi, semangat, dan perencanaan untuk menuju ke sana. Dengan menetapkan tujuan kita, alam bawah sadar kita akan menyatu dengan tujuan-tujuan tersebut sehingga kita bisa tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Contohnya: saat kita libur dan kita tidak menetapkan tujuan libur kita, ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu pertama, kita seakan-akan menikmati liburan kita yang tanpa tujuan yang jelas namun saat malam tiba, hari yang kita lalui terasa sia-sia karena tidak ada yang dicapai dari liburan kita. Kedua, kita akan merasakan bosan sepanjang hari tersebut. Tidak ada energi atau antusiasme untuk melakukan sesuatu karena kita tidak menetapkan tujuan liburan kita. Sebaliknya, ketika kita menetapkan tujuan dalam liburan sehari kita, tentunya kita akan merasa banyak energi yang ada dalam diri kita untuk menyelesaikannya satu persatu dan merasa waktu kita tidak terbuang percuma. Akhirnya tujuan untuk liburan kita akan tercapai sehingga kita memperoleh semangat lagi untuk memulai kegiatan besok pagi.

Latihan:
Coba habiskan hari Minggu ini dengan tidak menetapkan tujuan, terserah anda mau lakukan apa pun dan pada malam sebelum tidur, tulis apa yang anda rasakan, manfaat hari Minggu ini yang baru dilalui, apa yang anda capai?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk hari Minggu berikutnya, tetapkan tujuan yang ingin dicapai (misalnya: membaca habis buku yang dibaca setengah-setengah atau hal yang lain), lakukan tujuan yang anda tetapkan untuk hari itu dan pada malam sebelum anda tidur, tulis apa yang anda rasakan, manfaat hari tersebut dan pencapaian anda?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tanpa tujuan, kita tidak tahu jalan mana yang harus kita lalui, apa yang harus kita lakukan, akibatnya kita terombang-ambing. Orang yang bertindak tanpa tujuan akan banyak menghabiskan banyak waktu, tenaga, biaya dan belum tentu ada hasil. Contoh: ada orang yang mau naik taksi dan dia tidak tahu mau ke mana. Dia mengambil tindakan dengan memberhentikan taxi, lalu supir taksi bertanya, "mau kemana pak?" dan dia hanya menjawab tidak tahu. Kita bisa bayangkan apa yang akan dilakukan supir taxi itu. Ada kemungkinan supir taxi itu mengumpat, "dasar gila," dan terus taksi itu pergi meninggalkannya atau supir taksi itu menyuruhnya masuk dan bertanya, "bapak mempunyai uang berapa?" Supir taksi itu akan berkeliling sampai argonya seperti uang yang disebutkan dan supir taksi akan menyuruhnya turun.

Kita bisa bayangkan, dia akan rugi waktu, uang dan tidak jelas dia berada di mana sekarang. Tentu kita tidak mau menjadi seperti orang tersebut. Ingatlah bahwa biar pun kita mempunyai tujuan, belum tentu kita bisa mencapainya. Kendati begitu, ada kemungkinan besar kita bisa menggapai tujuan kita dengan perencanaan, kerja keras, doa dan yakinlah jika tujuan itu untuk kebaikan, pasti kita bisa mencapainya. Tujuan yang jelas itu sangat penting. Mari kita mengisi tujuan hidup kita dan langkah-langkah untuk mencapainya:
Tujuan I:
Tujuan jangka pendek ( batas waktu maksimal pencapaiannya dari 3-12 bulan):
Halangan:
Langkah-langkah:
Sarana untuk mencapai tujuan:
Perencanaan waktu untuk tujuan:
Hasil tujuan:

Tujuan II:
Tujuan jangka panjang (batas waktu maksimal pencapaiannya 5-20 tahun):
Halangan:
Langkah-langkah:
Sarana untuk mencapai tujuan:
Perencanaan waktu untuk tujuan:
Hasil tujuan:

Tujuan III:
Tujuan hidup (selama hidup):
Halangan:
Langkah-langkah:
Sarana untuk mencapai tujuan:
Perencanaan waktu untuk tujuan:
Hasil tujuan:

Setelah kita mencapai tujuan jangka pendek, syukuri pencapaian kita dan lanjutkan dengan membuat perencanaan tujuan lain lagi.

Setelah ada tujuan, kita lanjutkan dengan memberitahukan Tuhan atas tujuan-tujuan kita lewat doa. Kendati begitu, seringkali rutinitas dan berbagai masalah yang datang silih berganti setiap hari membuat kita kehilangan motivasi untuk mendapatkan yang lebih baik dalam kehidupan sehingga semua tujuan kita menjadi kabur dan lama-lama menghilang. Berikut kita diskusikan beberapa cara untuk mendapatkan motivasi setiap hari: 
1. Ciptakan Hasrat
Bayangkan apa yang kita rasakan jika kita berhasil mencapai tujuan kita. Lihat imbalan dari usaha kita secara jelas. Cara ini memberikan banyak motivasi untuk membuat rencana kita cepat terwujud. Bayangkan saat kenaikan kelas, kita menjadi juara satu sehingga banyak universitas yang mau menerima kita dengan mudah dan biaya yang relatif murah. Bayangkan jika kita sehat, kita bisa pergi jalan-jalan, berkumpul sama teman-teman dan melakukan banyak hal, ini yang bisa memotivasi kita untuk mendapatkan kesehatan yang baik dengan berolah raga, konsumsi makanan sehat. Bayangkan rumah impian kita setiap hari, dan ini akan memberikan kita dorongan untuk menjadikannya nyata dengan bekerja lebih nyata.

2. Ciptakan Rasa Sakit
Program Neuro-Linguistic mengajarkan pada kita untuk menghubungkan rasa sakit dengan tidak melakukan tindakan. Kejadian saat kenaikan kelas dan kita gagal untuk naik kelas, kita berpikir apa yang akan kita rasakan sehingga kita akan termotivasi untuk tidak melupakan tujuan kita dengan belajar lebih giat. Membayangkan kejadian saat sakit, harus menginap di rumah sakit sambil diberikan oksigen, kita berpikir apa yang akan kita rasakan sehingga kita termotivasi untuk olah raga teratur walaupun merasa tidak ada waktu dan memilih makan makanan sehat walaupun merasa sehat.

3. Bicarakan Rencana Kita
Bicaralah pada teman, pasangan, orang tua tentang rencana kita, atau tuliskan dalam buku kita yang sering kita lihat. Ini bisa mengingatkan kita pada tujuan-tujuan kita. Dengan kegiatan rutin setiap hari dan masalah-masalah yang akan menghalangi kita untuk mencapai tujuan kita, kadang kita lupa atau mencoba melupakan tujuan kita. Tetapi sering teman, pasangan atau orang tua mengingatkan kita dan memberikan dorongan kepada kita saat kita mulai mencoba melupakan tujuan kita.

4. Miliki Sebuah Ketertarikan yang Nyata
Saat kita menentukan tujuan kita baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, hendaknya tujuan-tujuan itu sangat menarik bagi kita sehingga tujuan ini menjadi keinginan yang selalu hidup. Buatlah tujuan kita menjadi menarik dalam mencapainya, buat setiap proses pencapaian menarik. Nikmati setiap proses maupun halangan dalam mencapai tujuan kita, dengan menikmati setiap prosesnyalah membuat kita lebih semangat, lebih bertenaga, lebih santai serta tetap menjaga harapan.

5. Miliki Energi
Untuk menghasilkan energi, masing-masing mempunyai caranya. Ada yang dengan merasakan secangkir kopi atau minum multivitamin. Namun demikian, yang pasti olah raga, minum air putih yang cukup dan tidur yang cukup adalah modal untuk memiliki energi yang maksimal. Selalu isi energi setiap hari dengan hal-hal yang positif dan jangan lupa berdoa sehingga energi makin berlipat ganda.

6. Ciptakan Keseimbangan Mental
Orang yang paling berkuasa adalah orang yang dapat menguasai dirinya sendiri. Sangat sulit untuk bisa fokus jika kita dalam keadaan tertekan atau berpikiran negatif. Seimbangkan mental kita dengan menguasai diri kita sendiri. Musuh yang paling utama adalah diri kita, bukan orang lain. Pikiran kita bisa menjadi sesuatu yang hebat untuk mengembangkan diri kita, namun pikiran juga yang bisa menghancurkan diri kita. Jauhi sikap berpikiran negatif dengan selalu bersyukur dengan apa yang ada.

7. Ambil Sebuah Langkah Kecil
Action... action! Saat kita mulai bertindak, meskipun hanya sebuah langkah kecil yang kita ambil, tindakan untuk mencapai tujuan akan memberikan motivasi pada kita setiap hari. Kita akan bahas ini lebih lanjut di bawah ini.

Hanya tujuan tidaklah cukup, tindakan harus diambil untuk mewujudkan tujuan kita. Tujuan sederhana yang dilaksanakan dan dikembangkan adalah seribu persen lebih baik dari tujuan hebat tapi mati tanpa ada tindakan. Pedagang besar, John Wanamaker sering berkata,  "tidak ada yang datang hanya dengan memikirkannya."

Buku the Magic of Thinking Big membagi orang menjadi dua, jenis yaitu aktivasionis dan pasivasionis. Aktivasionis adalah orang sukses yang aktif dan pelaksana. Ia mengambil tindakan, melaksanakan rencana dan menyelesaikannya untuk mencapai tujuan. Pasivasionis adalah orang yang biasa-biasa, orang menengah, orang yang tidak berhasil dan bukan pelaksana. Ia menunda segalanya hingga ia membuktikan bahwa ia tidak boleh, tidak dapat atau terlalu terlambat melaksanakannya.

Perbedaan di antara aktivasionis dan pasivasionis tampak dalam banyak hal. Contoh: aktivasionis merencanakan untuk belajar sebelum ulangan dimulai dan ia melakukannya. Sedangkan pasivasionis merencanakan untuk belajar sebelum ulangan, ia mencari cara untuk menunda belajar. Aktivasionis ingin membuka usaha sendiri dan ia melaksanakannya, sedangkan pasivasionis juga ingin membuka usaha tapi ia menunda untuk mendapatkan saat yang tepat sehingga ia tidak pernah memulainya. Aktivasionis berbuat, bertindak sedangkan pasivasionis akan bertindak tetapi tidak pernah bertindak.

Kita semua ingin menjadi aktivasionis, jadi mari kita dapatkan kebiasaan bertindak. Banyak pasivasionis menjadi demikian karena mereka berkeras menunggu hingga segalanya 100% menguntungkan sebelum mereka mengambil tindakan. Kesempurnaan memang sangat diinginkan namun tidak ada buatan manusia atau rancangan manusia yang benar-benar sempurna. Oleh karena itu, menunggu agar kondisi menjadi sempurna sama juga menunggu selamanya. Tindakan bisa menyembuhkan ketakutan dan mendapatkan kepercayaan diri. Menunggu, menunda, dan menangguhkan bisa meningkatkan ketakutan. Tentu kita pernah takut dalam melakukan sesuatu namun saat kita mulai bertindak, rasanya tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya, semuanya menjadi lancar. Contoh: si A takut ke dokter untuk check up, semakin dia menunda, ketakutan dia akan makin besar selama bertahun-tahun karena dia akan berprasangka buruk terhadap kesehatannya sehingga ketakutannya makin kuat dan bisa menyebabkan dia benar-benar sakit. Namun saat dia langsung pergi check up,  kekhawatirannya pun hilang. Mungkin ada sakit tapi setidaknya dengan mengetahuinya, dia bisa melakukan pengobatan sebelum terlambat. Kemungkinan lainnya, bisa jadi  tidak ada masalah serius dengan kesehatannya.

Saatnya latihan:
Cari apa yang baik yang mau kamu lakukan namun takut untuk melakukannya. Coba lakukan hari ini tanpa ragu-ragu (misalnya takut membicarakan sesuatu dengan orang tua, takut untuk memberikan ide kepada boss kamu ataupun yang lain). Setelah selesai melakukan hal tersebut, buatlah catatan di bawah apa yang kamu rasakan dan apa hasilnya dari bertindak yang kamu lakukan.
1.
2.
3.
4.
5.

Dan pepatah mengatakan saat kita mulai bertindak, separuh jalan sudah di jalanin. Sekarang kita bahas orang yang mempunyai tujuan tapi tidak bertindak. Nah, hasilnya orang itu hanya berhasil dalam lamunannya dan keberhasilannya hanya di dalam mimpi saja.

Setelah kita tahu zona kita dimana, kita harus menuju ke zona yang semestinya, yaitu:
1. DEWASA yang artinya kita harus mempunyai keberanian dan kecerdasan,
2. PINTAR yang artinya kita harus mempunyai kemampuan dan kemauan,
3. USAHA yang artinya kita harus mempunyai tujuan dan tindakan.

Monday, February 20, 2017

The ASEAN Tour: Indonesia

I believe that in certain cases, Indonesians can be the last to realize how beautiful their country is. Take me for an example. I easily spent the first 22 years of my life grumbling about how one day I would get out of Pontianak. I dislike staying there because my hometown is plagued by the unreliable electricity supply and yearly hazardous events such salted water and smog. It was only after I moved out of the country that I started to look back and appreciate Indonesia.

Many can tell you that Indonesia is the biggest country in Southeast Asia, but it can be little-known that Indonesia is so big it encompasses three time zones, from the east to the west. As an illustration of how significant the distance covered in three time zones is, the flight duration from Jakarta to Guangzhou is actually shorter by half an hour if compared with the flight from Jakarta to Jayapura, the capital city of Papua, which takes around 5 hours 30 minutes.


Wonderful Indonesia: lush, green and beautiful. 

The fact that Indonesia is also an archipelago means it has all sort of races as well as rich in cultures and food. Aptly calling itself Wonderful Indonesia, it also has numerous beautiful sceneries, from beaches, mountains, lakes to whatever that a tropical country can offer. This is why one should visit Indonesia. Okay, language may be a problem because Indonesians normally don't speak English, but this is compensated by how friendly Indonesians are. It's also worth mentioning that Indonesians are generally in awe with tourists, so you are surely welcome but, of course, just like visiting any other countries, you still have to be cautious. The trip will be much more fun if you go with one or two local friends, so if you are invited, just grab the opportunity!

First of all, where to visit? I can only tell you a few places because I haven't travelled the whole country, but worry not, I'll tell you what I know (that alone should get you busy) and for that, we'll start from the west: Medan. This your stop if your final destination is Lake Toba. Medan is the third biggest city in Indonesia, populated with a fair amount of Hokkien speaking Chinese and another race called the Batak. If you are a big fan of pork, then this is the right place to go. The Batak cuisines are mainly made of pork and it's fabulous! Their saksang, panggang, soup, papaya leaves, eaten together with two types of chillies, are so delicious that they'll definitely rock your world upside down! Other than that, if you're less adventurous, there's also a stretch of food stalls on the street at night, the same place where Bakmie Tiongsim is located.

Bernard and Setia on a street full of food stalls in Medan.

Medan lacks of sightseeing spots, therefore you'll have to carry on to Lake Toba. You can stop in Pematang Siantar for a short break and drink a bottle of Badak or two (it's some sort of root beer), then continue to Lake Toba. The view as we descend to Lake Toba is beautiful and the lake, well, sometimes I wonder why it is called Lake Toba. Mind you, it is so enormous that you can't even see the other side of the lake! Instead, right in the middle of it, there's an island called Samosir. Worth visiting if you are into cultural trip.

Still around Sumatra island‎, nearby Singapore, there are Bintan and Batam. Bintan is known for the resort and it charges with Singaporean visitors in mind, hence the rate is rather high. I also just learnt from my visit two years ago that the whole island is actually called Bintan. Together with Batam, it forms a province and the capital city is Tanjung Pinang, a backwater town that offers an interesting, laid back experience. The transport to get around, however, is quite poor and can be tricky. Between the two, Batam is more developed and well-known to many, especially Singaporeans. This is also where Indonesians such as myself did a day trip if we have craving for authentic Indonesian culinary (nasi Padang in particular) or a weekend trip with friends for shopping, food and leisure. Various races such as Malay, Javanese, Padang to Flores people can be found here.

Nagoya Hill, Batam.

Next to Sumatra, we have an island called Kalimantan, also known as Borneo. It houses three countries, with the biggest part of the pie owned by Indonesia. On the north, we have Malaysia and Brunei. Kalimantan is also where I came from. Pontianak is on the west of Kalimantan, dominated by Teochew and Hakka speaking Chinese, Madura, Malay and, of course, the Dayak people. Unless you have a friend or business there, I tend to think of Pontianak as a rather strange tourist destination, because it hasn't much to offer. Only the food, perhaps, and the first stop to Singkawang, which I can't tell you much because the last time I visited the town was so long ago in 2001.

On the south of Kalimantan, there's an island called Java where Jakarta is located. Apart from Bali, which we'll discuss later, Jakarta is usually the first introduction for many to Indonesia, which leads to a rather unfair preliminary assessment thanks to the notorious traffic jam (many that I asked actually told me the jam in Jakarta is worse than the one in Bangkok at any given time). Once you accept that the jam is part of life in Jakarta, you'll realize that the city is actually not that bad. Being the country's capital city means most, if not all, of the cuisines from the archipelago can be found here. The entertainment, I leave it to you define it, is also of world class.

Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

From Jakarta, there were satellite towns such as Bekasi or, further down, Karawang. The former doesn't have any place of interest, I'm afraid, but the latter at least has a traditional food called pepes. It's either steamed mushroom, tofu, chicken or fish wrapped in banana leaf. Anyway, rather than stopping by in Karawang, it makes more sense to go all the way from Jakarta to Bandung. Oh yeah, I noticed that there's a common misunderstanding here: some foreigners tend to think that the non-Chinese in Indonesia must be Malay. This is wrong, as you can see I've mentioned many races since the beginning of this article and Malay is only one of them. In Bandung, there is this people called Sundanese which has their own language, culinary and culture. Used to be known as Paris van Java during the colonial era, Bandung is famous for its cooling weather, which is especially true when you go to Lembang. It also has factory outlets and many unique hangout places, those well-designed, one of a kind cafés and restaurants. Food-wise, I'm not exactly fond of Sundanese cuisine as it can be quite dry and spicy, but the ones called siomay Bandung and batagor are definitely my personal favourites. 

Next, Tasikmalaya, is three hours away from Bandung. Anybody with sweet tooth can actually stop in Garut to replenish your stock of sweets for the town is known for dodol, a sticky sweet in paper wrap. Once you reach Tasikmalaya... well, there is actually not much to do there, except eating soto Tasik, kupat tahu, tutug oncom and yamien, the localised version of Chinese noodles. Oh, for your information, Tasikmalaya is also the hometown of the world famous badminton player Susi Susanti. There's also a beach called Pangandaran nearby the town, nearby as in few hours ride, haha.

Pangandaran, West Java.

That's what I have for West Java. While I ever did a two days one night road trip from Jakarta to Bali, I surprisingly don't recall much about Central Java. I recently had a quick visit to Semarang, though. Nice place. Still I had a better memories about Yogyakarta instead due to the fact that I visited the city again few years ago. Jogja is the land where time stands still. It is slow, cheap and the food is sweet (which is fine by me). Jogja is some sort of special region, with a sultan taking up the role of a governor. It's also a land of Javanese mysticism and culture, so there are a lot to do here, from visiting temples such as Prambanan (a Hindu temple) and Borobudur (a Buddhist temple), the palace, the active volcano called Merapi or the busy Malioboro road. Once you are done, Solo is just nearby. By the way, just for Singaporeans friends to know, the city of Solo is where the name Bengawan Solo came from.

The last section of the island, since it is on the east side, is simply called East Java. An island called Madura is on the north. I vaguely remember Brebes, a neat looking town, but when it comes to East Java, Surabaya is the one that we're talking about. It's the second biggest city after Jakarta and it's also known as city of heroes because the people fought hard to retain our independence. Notable landmarks includes House of Sampoerna, a very intriguing museum of the cigarette factory founder that tells the story from his humble beginning to the rise of his empire. There are a couple of charming towns nearby such as Malang and Batu. They are famous for cooling weather, apples, meatballs soup, carnival rides and rabbit satay. For those mountain climbers, Bromo is also around the area. An active volcano, it may explode any time, so choose your timing correctly.


House of Sampoerna, Surabaya.

At the easternmost tip of Java, there's a town called Banyuwangi. This is where you cross from Java to Bali. If you've ever been to any part of Indonesia, especially a trip to Java, you definitely can't help feeling that the atmosphere in Bali is like no others. It is as if it's a country by itself, thanks to its thick Hindu influence throughout the island. While some may say it is overrated and over commercialized, it's hard to deny that Bali is so scenic that it has everything you need: the beach, the mountain, the Hindu temples, the food, the night life, the sports such as surfing, rafting, parasailing and so forth. If you have only one destination to visit in Indonesia, then make sure it is Bali.

That pretty much sums up the domestic places I've ever been. Oh, back to the earlier topic, Banyuwangi marks the end of the first time zone (GMT+7) and Bali is just one island in the second time zone (GMT+8). We haven't even talked about Sulawesi and there is still one more time zone that I have yet to explore. So how big is Indonesia again? Very!


Kuta Beach, Bali.

ASEAN Tur: Indonesia

Saya cenderung berpikir bahwa penduduk Indonesia seringkali menjadi orang terakhir yang menyadari bahwa negaranya sangat indah. Saya contohnya. Selama 22 tahun pertama dalam hidup saya, hanya terpikir oleh saya bahwa suatu hari nanti saya akan keluar dari Pontianak yang senantiasa padam listriknya dan mengalami masalah tahunan seperti air asin dan asap. Saya baru melihat kembali dan menghargai Indonesia ketika saya pindah ke negeri orang.

Setiap orang tahu bahwa Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, tapi mungkin hanya sedikit yang pernah menyadari bahwa Indonesia memiliki tiga waktu yang berbeda karena luas wilayahnya. Sebagai ilustrasi, waktu penerbangan dari Jakarta ke Guangzhou lebih singkat setengah jam bila dibandingkan dengan penerbangan dari Jakarta ke Jayapura yang memakan waktu 5,5 jam. 


Menikmati selera nusantara. 

Fakta bahwa Indonesia adalah negara kepulauan berarti Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan kaya akan beragam budaya dan makanan. Sebutan Wonderful Indonesia tidaklah berlebihan, sebab Indonesia juga memiliki pemandangan alam yang indah, mulai dari pantai, gunung, danau dan semua yang mungkin ditawarkan oleh negara tropis. Oleh sebab itu Indonesia sangat menarik untuk dikunjungi. Tidak dipungkiri bahwa mungkin akan ada kendala bahasa karena rata-rata orang Indonesia tidak bisa berbahasa Inggris, tapi kekurangan ini diimbangi dengan keramahan orang Indonesia (walau keramahan yang berlebihan tetap saja harus disikapi dengan waspada). Perjalanan anda pasti lebih berkesan bila ditemani oleh orang lokal, jadi bila anda diajak untuk berkunjung, jangan lewatkan tawaran tersebut! 

Pertama-tama, daerah mana yang harus dikunjungi? Saya hanya bisa bercerita tentang beberapa tempat tujuan karena saya belum menjelajahi seluruh Indonesia, tapi jangan khawatir karena apa yang akan saya ceritakan ini sudah cukup untuk membuat anda sibuk. Kita mulai dari sebelah barat Indonesia: Medan. Ini adalah kota tujuan anda jika anda ingin pergi ke Danau Toba. Medan adalah kota ketiga terbesar di Indonesia dengan demografi yang mencakup orang Hokkien dan Batak. Jika anda menyukai daging babi, ini adalah tempat yang tepat. Banyak masakan Batak yang terbuat dari daging babi dan lezat pula rasanya. Saksang, panggang, sup dan daun pepaya yang dimakan dengan dua jenis cabe dijamin enak dan akan mengguncang selera anda! Jika anda kurang berani dalam mencoba, anda bisa mendatangi kawasan kuliner Selat Panjang, tempat dimana Bakmie Tiongsim berada. 


Turis lokal dan internasional di Danau Toba.

Medan tidak memiliki banyak daerah wisata turis, oleh karena itu anda harus lanjut ke Danau Toba. Di tengah perjalanan, anda bisa beristirahat sejenak di Pemalang Siantar untuk mencicipi minuman sarsi cap Badak. Saat kita mendekati Danau Toba, akan terlihat lereng di kejauhan yang indah. Akan halnya danau itu sendiri, terkadang saya berpikir kenapa disebut danau, sebab luasnya bagaikan tak bertepi. Di tengah danau, ada sebuah pulau bernama Samosir. Layak dikunjungi bila anda berminat untuk mengetahui tentang kebudayaan Batak.

Masih di sekitar Pulau Sumatera dan tidak jauh dari Singapura, kita bisa berkunjung ke Bintan dan Batam. Bintan terkenal sebagai kawasan tempat tetirah dan harganya disesuaikan dengan harga turis Singapura. Bintan dan Batam ini termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Ibukotanya adalah Tanjung Pinang, kota yang masih terbelakang namun menawarkan nuansa santai. Transportasinya masih agak sulit dan pusat perbelanjaannya masih jauh dari kesan modern. Dibandingkan dengan Tanjung Pinang, Batam lebih maju dan terkenal, terutama di kalangan orang Singapura. Bilamana saya rindu dengan masakan Indonesia, terutama nasi Padang, saya akan bepergian ke sana di akhir pekan untuk berbelanja, makan dan lain-lain. Berbagai suku bisa ditemukan di Batam, mulai dari Melayu, Jawa, Padang, Batak, Flores dan sebagainya.

Di Bintan. 

Di sebelah timur Sumatera, ada pulau bernama Kalimantan. Pulau ini menjadi rumah bagi tiga negara, namun tiga perempat wilayahnya adalah bagian dari Indonesia. Di sebelah utara pulau adalah Malaysia dan Brunei. Pontianak, tempat saya berasal, adalah ibukota Kalimantan Barat. Kota ini didominasi oleh Melayu, Madura, Tionghoa dan tentu saja Dayak. Pontianak tidak termasuk kawasan wisata sehingga orang jarang berkunjung ke sini, kecuali jika ia memiliki teman atau dalam rangka bisnis. Hiburan yang berkesan di Pontianak mungkin cuma makanan. 

Di sebelah selatan Kalimantan terletak Pulau Jawa dan Jakarta. Selain Bali, Jakarta sering kali menjadi kesan pertama Indonesia bagi orang asing dan kemacetan yang menyambut para pendatang ini mungkin memberikan pandangan yang tidak adil tentang ibukota Indonesia ini (banyak yang berkomentar pada saya bahwa macetnya Jakarta lebih parah dari Bangkok). Setelah anda bisa menerima bahwa kemacetan adalah bagian dari kehidupan di Jakarta, anda akan menyadari bahwa kota ini tidaklah buruk. Beraneka macam makanan bisa ditemukan di sini. Hiburannya, terlepas dari apa definisi hiburan bagi anda, berkelas dunia. 


Menikmati pepes di Karawang. 

Dari Jakarta, ada beberapa kota satelit seperti Bekasi, atau lebih jauh lagi, Karawang. Bekasi mungkin tidak memiliki tempat wisata, tapi Karawang setidaknya terkenal dengan pepes. Makanan tradisional ini terbuat dari tahu, jamur, ikan dan ayam yang dikukus dan dibungkus dengan daun pisang. Kebanyakan turis biasanya melanjutkan perjalanan hingga ke Bandung. Kawasan orang Sunda yang terkenal dengan julukan Paris van Java ini memiliki banyak factory outlet dan kafe serta restoran yang unik. Bicara soal masakan, saya tidak terlalu suka makanan Sunda yang kering dan pedas, tapi saya menyukai siomai Bandung dan Batagor. Oh ya, selagi berada di Bandung, jangan lupa berkunjung ke Kembang. Daerah pegunungan ini dingin, cocok untuk bersantai.

Tasikmalaya berjarak tempuh tiga jam dari Bandung. Penggemar dodol bisa memilih untuk lewat dan singgah sebentar di Garut. Bagi yang mengunjungi Tasik, makanan berikut ini layak dicoba: soto Tasik, kupat tahu, tutug oncom dan yamien. Pantai Pangandaran juga bisa menjadi tempat tujuan berikutnya bagi mereka yang sudah tiba di Tasik.

Bersantai di taman candi Sambisari, Jogja.

Dari Jawa Barat, kita bisa ke Semarang atau bertolak ke Jogja, kota dimana waktu terasa seperti berhenti. Jogja terkenal sebagai kota yang murah meriah dan manis makanannya. Sebagai Daerah Istimewa, Jogja masih menganut pola kesultanan. Jogja juga dikenal berkat budayanya, jadi banyak yang bisa dilakukan di sini, mulai dari mengunjungi candi-candi seperti Prambanan dan Borobudur, Kraton Jogja, gunung Merapi dan jalan Malioboro. Kalau anda sudah selesai berkeliling, anda bisa mampir ke Solo yang berada tidak jauh dari sana. 

Berikutnya adalah Jawa Timur (dan Madura). Saya ingat dengan kota Brebes yang rapi, tapi bila kita bicara tentang Jawa Timur, maka kota utamanya adalah Surabaya yang juga dikenal sebagai kota pahlawan karena perjuangan bangsa kita dalam mempertahankan kemerdekaan. Saya terkesan dengan Rumah Sampoerna, sebuah museum tentang pendiri pabrik rokok yang berkisah tentang asal mulanya yang sederhana sampai pada kesuksesannya. Selain itu, ada beberapa kota lainnya, Malang dan Batu, yang terkenal karena cuacanya yang dingin, kebun apel, bakso Malang dan juga sate kelinci. Tidak jauh dari sana, ada gunung Bromo. Mengingat bahwa ini adalah gunung berapi yang masih aktif, resiko hendaknya ditanggung sendiri. 


Di Selecta, Batu. 


Di ujung timur Pulau Jawa ada kota bernama Banyuwangi. Di pelabuhan kota inilah kita menyeberang dari Jawa ke Bali. Jika anda sudah pernah ke kota lain di Indonesia, Bali akan terasa berbeda suasananya, seakan-akan seperti negara tersendiri. Budaya Hindu terasa dominan. Walau ada yang berpendapat bahwa Bali sangat komersial dan terlalu digembar-gemborkan, susah disangkal bahwa Pulau Dewata ini memiliki semua yang anda inginkan: pantai, gunung, masakan yang enak, kehidupan malam, olahraga seperti berselancar, rafting, parasailing dan lain sebagainya. Jika anda hanya memiliki satu kesempatan untuk berkunjung ke Indonesia, maka pastikan bahwa tempat tujuan anda adalah Bali.

Dan Bali menjadi tempat paling timur yang pernah saya kunjungi di Indonesia. Kembali ke topik awal tentang zona waktu, Banyuwangi menjadi tempat terakhir yang menggunakan Waktu Indonesia Barat (GMT+7) dan Bali adalah salah satu pulau yang menggunakan zona Waktu Indonesia Tengah (GMT+8). Kita bahkan belum berbicara tentang Sulawesi dan Waktu Indonesia Timur. Jadi seberapa besar sesungguhnya Indonesia? Teramat sangat besar, tentunya!

Di Tanah Lot, Bali. 

Friday, February 17, 2017

Di Manakah Saya? (Part 2)

Mari kita melihat tabel di bawah ini untuk mengetahui berada di manakah kita.
Yuk, kita belajar membaca tabel lagi:
  • Zona A artinya mempunyai kemampuan dan ada kemauan melakukannya sehingga berada di zona PINTAR.
  • Zona B artinyamempunyai kemampuan tapi tidak ada kemauan melakukannya sehingga berada di zona MALAS.
  • Zona C artinya tidak ada kemampuan tapi banyak kemauan sehingga berada di zona TIDAK TAHU DIRI.
  • Zona D artinya tidak ada kemampuan dan sekaligus tidak ada kemauan sehingga berada di zona CULUN.
Kita akan membahasnya satu per satu lagi. Kita mulai dari kemampuan. Setiap orang itu unik dan juga diberikan suatu kemampuan atau talenta. Namun, jika kita tidak menemukan kemampuan kita, kemampuan itu tidak akan berkembang, bahkan malah akan hilang. Orang yang mempunyai kemampuan namun dia tidak mau mengasahnya dan mempergunakannya untuk kebaikan, orang tersebut tidak akan mempunyai arti apa-apa.

Kemampuan dalam diri kita akan menjadi sesuatu yang nyata jika kita menemukannya, kemudian mengasah dan mengembangkannya. Sama seperti sebuah permata yang berharga, jika permata tersebut tidak pernah ditemukan, apa artinya permata yang terkubur di tanah yang dalam? Saat pertama permata itu ditemukan, ini tidaklah bernilai tinggi. Namun, melalui proses pembentukan, permata tersebut menjadi sangat bernilai harganya. Demikian juga kemampuan yang kita miliki. Kita harus menemukannya dulu, mengasahnya dan mengembangkannya untuk kebaikan.

Nah, bagaimana kita bisa tahu kemampuan kita itu apa? Secara umum, orang susah sekali menyadari kemampuan yang dia miliki walaupun kadang orang lain bisa melihat suatu kemampuan ada di dalam diri orang tersebut. Untuk menemukan kemampuan kita, ada banyak cara. Bisa dengan tes bakat dan sekarang, dengan teknologi yang canggih, kemampuan seseorang anak bisa dideteksi hanya dengan menempelkan jari ke suatu alat. Di sini kita akan membahas cara menemukan kemampuan kita secara sederhana. Umumnya, kemampuan kita ada hubungannya dengan hobi kita atau sesuatu yang senang kita lakukan meskipun orang lain mempunyai pemikiran apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang membosankan. Sesuatu yang membuat kita tidak kehilangan energi saat melakukannya. Contoh: saya mempunyai kemampuan mengajar dan saya sangat suka mengajar. Biarpun banyak pendapat yang mengatakan mengajar itu membosankan, menjengkelkan dan lain-lain. Tapi saya sangat menikmati setiap kali saya mengajar dan seakan-akan saya tidak pernah kekurangan energi untuk mengajar dan saya menyebutnya semangat masa kini.

Mari kita mencoba menemukan kemampuan kita dengan tes sederhana berikut:
  1. Apa saja hobi-hobi kamu?
  2. Dalam hal apa kamu bisa melakukan yang terbaik?
  3. Hal apa yang senang kamu lakukan?
  4. Dalam hal apa temanmu mengatakan kamu hebat dalam melakukannya?
  5. Dalam melakukan hal apa kamu bisa kreatif?
  6. Dalam hal apa kamu bisa membuat orang lain senang?
Tentu kita masih ingat bahwa kemampuan kita harus terus diasah. Saat kita memahami kemampuan kita dan selalu mengembangkannya, disitulah letak MAU untuk mengasah kemampuan kita dan itulah yang membuat kita pintar dalam kemampuan kita. Kepintaran yang nyata bukanlah sekedar teori belaka, tapi ada nilai manfaat dari kepintaran itu. Sertifikat dengan nilai A semua, itu semuanya bagus tapi apa artinya kalau kepintaran itu hanya ada di sertifikat. Saya pernah menghadiri sebuah seminar yang dibawakan oleh Dra. Psi.Viera Adella, M.Psi. Jujur saja saya merasa seminarnya terlalu singkat, banyak yang ingin saya tanyakan namun waktunya kurang. Walaupun singkat waktunya, saya menangkap satu hal yang menurut saya keren. Saat Bu Adella mengatakan, "sertifikat les piano dengan grade A berderet itu bagus, tapi akan lebih bagus lagi jika anak itu bisa memainkan lagu-lagu dari kemampuan yang dia pelajari untuk menghibur orang." Apa gunanya sertifikat segudang namun saat di suruh praktek, malah menolak dengan berbagai alasan?

Dalam seminar tersebut juga dikatakan: ini bukanlah tentang secerdas apakah saya (how smart I am?), tapi bagaimana saya terlihat cerdas (how am I smart?).

Lantas kenapa terkadang ada orang yang dinamakan tidak tahu diri? Ini disebabkan orang tersebut tidak mau berusaha menemukan kemampuannya sedangkan MAU-nya banyak, mau ini mau itu. Kalau ada Doraemon, sih, gak apa-apa, bisa dipenuhi, hehehe (just kidding).

Sekarang ini masalah paling besar yang kita hadapi adalah TIDAK MAU melakukan sesuatu walaupun punya kemampuan untuk itu. Laziness makes a man so slow that poverty soon overtakes him, artinya kemalasan membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan segera menyusul. Pengertian ini tidak hanya berlaku untuk situasi ini saja. Kemalasan bagi para remaja atau murid-murid bisa mengakibatkan mendapatkan nilai jelek, dihukum, atau bahkan tidak naik kelas. Jika kemalasan telah mengontrol diri seseorang, maka kemampuan apa pun yang dimilikinya tidak mempunyai arti apa-apa. The work day for a lazy man is tomorrow and today is his holiday.

Suka menunda-nunda suatu pekerjaan adalah salah satu hal yang tidak bisa mengembangkan kemampuan yang kita miliki sehingga kemampuan yang dimiliki tidak terlihat. Untuk apa kita diberikan suatu kemampuan dari Tuhan tapi kita tidak mensyukurinya dengan tidak mengembangkannya untuk kebaikan? Berapa banyak kemampuan besar dari anak-anak muda yang sia-sia hanya karena kemalasan? Memang kadang ada faktor lain yang mempengaruhi tidak berkembangnya kemampuan dalam diri kita, misalnya: faktor fasilitas, keterbatasan ekonomi, tapi itu bukanlah alasan bagi kita untuk tidak mau mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Ada banyak cara untuk mengembangkan kemampuan kita.

Orang yang pintar adalah orang yang selalu mengasah kemampuannya. Biarpun kita mempunyai kemampuan, tapi jika tidak diasah, maka kemampuan kita akan hilang. Contohnya: seorang petinju akan menjadi petinju yang handal jika dia terus latihan. Biarpun badannya besar seperti gorilla, namun jika dia tidak mau latihan, maka tidak ada gunanya.

Jadi saat kita punya kemampuan, asahlah kemampuan itu untuk kebaikan. Jadi bagaimana supaya kita tidak berada dalam zona TIDAK MAU? Ingatlah, kita yang harus mengontrol keinginan kita termasuk kemalasan tersebut, jangan sampai diri kita yang dikontrol oleh keinginan kita. Untuk menghindari kemalasan, tidak boleh ada kata tunggu untuk melakukan sesuatu yang baik. Saat kita ada kata tunggu untuk melakukan suatu kebaikan, berbagai macam alasan akan muncul dalam diri untuk tidak melakukannya.

Temukanlah talenta atau kemampuan kita dan terus kembangkan untuk kebaikan. Tidak ada orang yang dilahirkan tanpa kelebihan. Semua orang mempunyai kelebihan. Yakinlah akan hal tersebut.

Wednesday, February 15, 2017

Mortality

Sometimes, when we're in a dire or impossible situation, my friend Bernard normally says a slightly modified quote from Galvatron (that's Megatron on steroids!) that we must die, sometimes. That's when we realise that shit has happened and we have to accept it. Upon realising that there's no way out, we just laugh about it (that does make us feel better) and embrace whatever that comes next. 

Still, if we gotta be serious about it, the very literal definition of death itself is very real and it's no laughing matter. One can't just ignore it after hearing the news. Personally, it gets me thinking about my own mortality as well, just like what happened today: I woke up to the news that a school friend of mine had passed away last night due to an illness related to liver.

The guy's name was Tony. I can't say that I knew him well, but we did have a fair bit of interaction during our secondary school days. He was known for his antics then, but my fondest memory of him was the fact that he had Godzilla Vs. Mechagodzilla video cassette, a rare item in Pontianak back in the days, and he kindly lent it to me much to my delight.

The last time I bumped into him was, perhaps, in the late 90s. Many of us were studying in Kuching then and I was at the bus departure point in my hometown, sending off Endrico and friends. That's when I spotted him and immediately snapped his picture using my trusted Ricoh camera. The result is the one below, reproduced digitally and published online here for the first time. May God rest his soul.

Tony was about the same age as me or slightly older by a year. You know the saying that life begins at 40? Tony could have been part of that but, for a cosmic reason that we neither know nor understand, it didn’t work out that way for him. It feels like only yesterday we saw him smiling in a gathering at Meetingpoint Cafe then today he's gone. It gets me thinking how life can be that fragile. We can only plan and work towards the plan, but eventually we're not the ones who decide on anything. Like it or not, the decision maker is the One above.

Having said that, it doesn't mean that we stop trying. Perhaps knowing that we're not the ones who decide actually means we should stop worrying too much. We should have played our part and lived our lives to the fullest instead, so that when the time is up, hopefully there won't be much regret. As we age, as we hear more and more news about friends falling sick and dying, I'm wondering if it's the way of life reminding us that we gotta treasure the time we have and live while we're alive.

I told my wife once or twice that when I look back, I've had a wonderful life. I'm not the richest, the smartest or whatever, but throughout my life, I've lived a life full of great friends, laughed the loudest at every joke, cried the saddest tears when I have to and met all the great real life heroes that helped me along the way. I also managed to tick off items on my wish list such as visiting Liverpool or attending Paul McCartney's concert. On top of all this, I'm married to the woman I love and a proud father of two these days. I have my fair share of burdens and problems, of course, but they don't change the fact that I'm a happy man. I've been blessed, I reckon. I'm not bragging or comparing notes here, but I'm merely sharing with you all, hoping that such perspective could be useful for self-reflection.‎ If you have been too busy all this while, perhaps you want to take some time to relook at things and reorganise some priorities in your life before it's too late.

It's a sad day today, but let's not dwell too much on a sombre note. I'd say we cherish the good times we had with the man himself. Let's also be reminded that death is inevitable. For me, as much as I'd laugh at the mention of Bernard's quote, there is also this tinge of ironic feeling that it is as real as it gets. We must die, sometimes. We just have to accept that, huh?

Anyway, I'll close this chapter with another verses from the same song that I quoted in the previous article I wrote, the one called My Valentine. Tony, this one's for you:

"There are places I remember
All my life, though some have changed
Some forever not for better
Some have gone and some remain

All this places have their moments
With lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life, I've love them all..."

The smile that had brightened the world. Rest in peace, my friend...

Kehidupan Yang Fana

Ketika kita berada dalam situasi kerja yang sulit, teman saya Bernard biasanya mengutip ucapan Megatron yang sudah dimodifikasi: terkadang kita harus mati! Kalau sudah begitu, kita hanya bisa tertawa dan menerima kenyataan bahwa yang terburuk akan terjadi dan takkan terhindarkan lagi. Meski begitu, setidaknya kita sudah siap mental. 

Akan tetapi, jika kita benar-benar serius menyikapinya, arti dari kematian secara harafiah itu sangatlah nyata dan jelas bukan hal yang patut ditertawakan. Senantiasa ada rasa terkejut ketika kita mendengar berita seperti ini. Secara pribadi, saya jadi berpikir juga tentang betapa fananya kehidupan yang saya jalani ini, seperti apa yang terjadi hari ini: saya bangun dan mendengar bahwa teman sekolah saya telah meninggal kemarin malam karena penyakit yang berkaitan dengan hati. 

Namanya adalah Tony. Saya tidak bisa berkata bahwa saya mengenalnya dengan baik, tapi kita pernah berinteraksi sewaktu SMP dulu. Dia terkenal dengan tingkah jenakanya yang sering membuat guru marah, tapi kenangan saya tentang Tony adalah video kaset Godzilla Vs. Mechagodzilla, sebuah barang langka di Pontianak ketika itu, dan dia dengan tulus meminjamkannya pada saya. 

Terakhir kali saya berpapasan dengannya adalah di akhir tahun 90an. Waktu itu banyak teman-teman yang melanjutkan kuliah ke Kuching. Saya kebetulan sedang berada di pangkalan bis dan turut mengantar Endrico yang hendak berangkat ke luar negeri. Di saat itulah saya melihat Tony melintas dan saya segera memotretnya. Hasilnya adalah foto di atas, yang dirilis untuk pertama kalinya di sini. Semoga Tuhan senantiasa melindunginya.  

Tony mungkin kurang-lebih seumuran dengan saya. Anda tahu pepatah yang mengatakan bahwa hidup itu baru mulai di usia 40? Tony hampir saja menjalaninya, tetapi untuk alasan ilahi yang tidak akan pernah kita ketahui, dia pergi mendahului kita. Rasanya seperti baru kemarin saat kita melihat fotonya tersenyum di antara teman-teman yang berkumpul di Meetingpoint Cafe, namun hari ini dia sudah tiada. Ini membuat saya berpikir bahwa hidup manusia itu bisa sedemikian rapuhnya. Kita hanya bisa berencana dan bekerja menggapai rencana kita, tapi pada akhirnya kita tidak bisa memutuskan apa yang akan terjadi. Suka atau tidak suka, yang membuat keputusan adalah Yang Maha Kuasa. 

Meskipun demikian, ini tidak berarti kita lantas berhenti mencoba. Setelah mengetahui bahwa kita bukanlah penentu segalanya, mungkin kita seharusnya berhenti mengkhawatirkan terlalu banyak hal. Kita seharusnya memainkan peran kita dan hidup sepenuhnya supaya tidak terlalu banyak penyesalan ketika hidup kita berakhir. Semakin kita berumur, akan semakin pula kita mendengar tentang kabar teman yang sakit dan meninggal. Mungkin ini adalah cara hidup ini untuk mengingatkan kita kembali bahwa kita harus menghargai waktu yang telah diberikan pada kita untuk menjalani hidup ini. 

Saya katakan pada istri saya bahwa saat saya melihat kembali, saya bersyukur telah menjalani hidup yang luar biasa. Saya bukan yang paling kaya, paling pintar, paling tampan atau apa pun, tapi sepanjang hidup saya, saya memiliki banyak teman yang baik. Saya juga banyak tertawa dan berkesempatan untuk menangis. Saya bertemu banyak orang yang berjasa besar memberikan saya kesempatan sehingga saya memiliki hari ini. Selain itu, saya juga berhasil menggapai beberapa impian seperti mengunjungi Liverpool dan menonton konser Paul McCartney. Lebih dari itu, saya juga menikah dengan wanita yang saya cintai dan dengan bangga menjadi ayah dari dua anak yang cantik. Seperti orang lain, saya juga memiliki masalah dalam hidup ini, tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa saya adalah orang yang gembira. Sejauh ini saya telah diberkati.

Saya tidak bermaksud untuk pamer, namun saya hanya mau berbagi dan berharap bahwa sudut pandang ini bisa bermanfaat bagi anda. Jika selama ini anda terlalu sibuk dengan berbagai hal, mungkin anda ingin berhenti sejenak untuk melihat kembali hidup anda, jika saja ada prioritas yang perlu diubah sebelum semuanya terlambat. 

Hari ini adalah hari yang sedih, namun hendaknya kita jangan terlalu berduka. Saya rasa kita justru harus berfokus pada kenangan indah yang pernah kita lalui bersama Tony. Pada kesempatan yang sama, mungkin perlu diingat lagi bahwa kematian itu tidak terelakkan. Meski saya seringkali tertawa saat teringat tentang ucapan Bernard, ada rasa ironi bahwa kematian itu sebenarnya sangatlah nyata. Kita harus menerimanya dengan lapang dada. 

Akhir kata, saya tutup tulisan ini dengan lirik dari lagu yang pernah saya kutip juga di tulisan lain yang berjudul My Valentine. Tony, lirik ini adalah untukmu:

"There are places I remember
All my life, though some have changed
Some forever not for better
Some have gone and some remain

All this places have their moments
With lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life, I've love them all..."

Tuesday, February 14, 2017

My Valentine

Do you recall all the well-wishes you received when you got married, congratulating you for the new beginning? Apparently all the honoured guests didn't make that up for the sake of just saying it! It's as real as it gets! Wedding day was indeed just a new beginning, because it's only after that we are in for the reality: the ups and downs, the incompatibility or perhaps the not-so-surprising little fact that your spouse actually farts like you do, too (funny this never happened before prior to this stage!)

The thing with marriage life is, it has to be sustainable for it is a very long journey. For the fact that some can even come up with an analogy that describes it as eating the same dish everyday until you get very sick of it, then there must be certain degrees of truth that this kind of life could be challenging in years ahead. Hence you better read the fine print before you sign up for it!

Just kidding. Let's move on. The paragraph before this is not very encouraging, alright, but I guess it's important to acknowledge that such a problem can happen. We'll try to figure out what to do with it, but prior to that, let's look back at the life when we were in a boyfriend/girlfriend relationship. In general, we just met a couple of hours for a date. There was this spark, this strong feeling that promted you to tell yourself you could hardly wait to see that person again. Remember that?

That particular spark (love in the air or whatever you call it) is what keeps things warm. It's fragile, dies off easily when neglected. The routines in life don't help and to make it worse, there are more and more bloody mundane stuff as the marriage life ages. As we are sucked into the vicious cycle and flowing through motion on daily basis, one may start to believe that perhaps this is what life is all about. As the spark slowly fades away, we start to take things for granted subconsciously, until the day we're silently staring at each other, trying real hard to remember why we were here in the first place.

As much as I enjoy how organized marriage life is as compared with those younger days when I was still single, I never really conform with the routines. I wrote about how I could be an asshole sometimes. You see my wife's less glamorous comments about me on Facebook occasionally, about how I could be spending too much time on chatting and other silly stuff. Nevertheless, it is precisely due to these traits that I can fathom the ugly illustration above. It scares me, and I'm very much aware of how damaging taking things for granted can be.

But here's a little secret that works well for me, the one that keeps the spark alive: regardless how busy we are, I do make time to stop and think again, why I fell in love with my wife many years ago. Long before anything else, we were two unlikely friends who got closer and made it happen against all odds. The tears and laughter that we went through, they were beautiful memories and I'm not going to throw it all away. There are more to comes, definitely, and I'll be waiting.

We may be parents and many things these days, but above all, we're only two children of the world who once made a promise to spend our lives growing old together in good and bad times. I've never mistaken that I'm the lucky one here. I mean, who am I that I can have the privilege of having a beautiful wife who's very understanding, a great mother to my two cute daughters? A blessed one, that's who!

I'm a dreamer and I will always be. And for this occasion, nothing summarizes it better than the lyrics from John Lennon:

"Though I know I'll never lose affection
For people and things that went before
I know I'll often stop and think about them
In my life, I love you more..."


Happy Valentine's day, Dear.

My Valentine.



Hari Valentine

Apakah anda masih ingat dengan ucapan selamat menempuh hidup baru yang anda terima saat menikah? Ternyata para tamu undangan tidak sedang bercanda. Makna menempuh hidup baru ini benar-benar nyata. Hari pernikahan hanyalah permulaan, sebab apa yang terjadi selanjutnya barulah kehidupan sebenarnya, mulai dari nikmatnya sarapan pagi bersama sampai fakta kecil yang mengejutkan namun manusiawi walau tidak pernah terjadi selagi pacaran, misalnya pasangan anda ternyata bisa kentut juga. 

Pernikahan itu tak ubahnya seperti perjalanan panjang yang dilalui bersama, jadi penting bagi kedua belah pihak untuk memiliki yang sesuatu yang membuat pernikahan itu bisa bertahan. Ini bukan perkara mudah, makanya ada perumpamaan bahwa pernikahan itu seperti menikmati menu yang sama setiap hari sampai anda merasa bosan. Hidup seperti ini bisa terasa sangat menantang, oleh karena itu, sebelum anda menikah dan tanda tangan, baca baik-baik apa yang akan anda tanda tangani! 

Hanya bercanda, hehe. Walaupun paragraf di atas terasa tidak mendukung, saya rasa penting bagi kita untuk mengakui bahwa kehidupan pernikahan akan selalu memiliki tantangan. Sebelum kita melihat lebih lanjut, mari lihat kembali saat-saat pacaran. Secara umum, kita hanya bertemu beberapa jam untuk menghabiskan waktu bersama pujaan hati. Di masa ini, ada daya tarik di hati yang membuat anda tidak sabar untuk bertemu dengan si dia lagi. Ingat dengan perasaan ini? 

Sensasi daya tarik inilah yang membuat hubungan terasa membara. Akan tetapi daya tarik ini juga bisa pudar ketika terabaikan. Rutinitas kehidupan ketika pernikahan kian berumur bisa menyebabkan hilangnya daya tarik ini. Tatkala kita terjebak dalam kegiatan sehari-hari yang tiada habisnya dan berulang-ulang, lambat-laun kita mungkin berpikir, jadi kehidupan pernikahan hanya seperti ini? Daya tarik itu perlahan memudar ketika kita tidak lagi berusaha melakukan sesuatu untuk mempertahankannya dan suatu hari nanti kita akan duduk dalam diam sambil saling menatap, berpikir keras untuk mengingat kenapa kita bisa bersama dalam hidup ini.  

Saya sendiri menyukai betapa kehidupan pernikahan ini terasa lebih teratur bila dibandingkan dengan saat saya masih sendiri, namun saya tidak pernah menyukai rutinitas. Saya pernah menulis bahwa terkadang saya bisa menjadi pria yang menjengkelkan, persis seperti komentar istri saya di Facebook, ketika saya menghabiskan terlalu banyak waktu untuk chatting dan hal konyol lainnya. Kendati begitu, justru karena kebiasaan inilah maka saya bisa mengerti ilustrasi mengerikan dari sebuah pernikahan yang kehilangan daya tariknya, seperti yang dipaparkan di atas. Saya terus-terang tidak ingin terjerumus seperti itu. Saya tahu betapa berbahayanya bila kita tidak meluangkan waktu satu sama lain. 

Bagi saya pribadi, terkadang saya berhenti dari semua kesibukan saya, seperti sekarang ini, untuk mengingat kembali kenapa saya jatuh cinta pada pasangan saya bertahun-tahun silam. Jauh sebelum hari ini, kita adalah dua teman yang melewati begitu banyak tawa, canda dan air mata bersama. Setelah apa yang kita lalui, saya tentu tidak akan membuang semua kenangan terindah ini begitu saja. Saya percaya masih banyak yang hal terbaik yang akan terjadi. 

Sekarang kita adalah orang tua, anak, menantu dan masih banyak lagi peran lainnya, namun di luar semua itu, kita hanyalah dua anak manusia yang berjanji untuk menjalani kehidupan di saat susah dan senang. Saya tidak pernah lupa bahwa saya adalah seorang pria yang beruntung. Saya seringkali bertanya dalam hati, siapa sebenarnya saya sampai bisa memiliki istri yang pengertian dan ibu yang luar biasa dari dua anak yang cantik dan lucu? Jawabannya adalah pria yang diberkati, tentunya! 

Saya adalah seorang pemimpi dan akan selalu bermimpi. Pada kesempatan ini, tak ada yang lebih cocok untuk menggambarkan hidup saya selain penggalan lirik lagu John Lennon ini:

"Though I know I'll never lose affection
For people and things that went before
I know I'll often stop and think about them
In my life, I love you more..."


Happy Valentine's day, Dear.