I talked about Johor Bahru and Batam as the short getaway destinations before. I had quite a fair bit of stories featuring both cities. Off the top of my head, I remember the Great Crossing, Rediscovering Your Way and the latest one called the Pontian Noodles Trip. But never before I visited one city after another within two days.
The trip to JB was planned much earlier. We bought the train tickets back in May for the 5-minute rides that would happen in early October. If you wonder why, that's because the tickets would be sold out long before the travel dates. This is just how it is if you wish to travel by train from Singapore to JB.
![]() |
Taking the Shuttle Tebrau train to JB. |
And the one and only time I ever did so was in August 2017, when my friend Wawa and I visited Endrico's father in JB. Seven years later, after I arrived at Woodlands Checkpoint, I had no recollection where the queue for train was, even when we walked past it, haha.
While it was a family trip, I split a cab with my old buddy Sugi instead. I've known Sugi since Jakarta days and we were together as well when we first started in Singapore. Hence it was nice to hang out with him again. When we reached JB, he introduced to us his favorite eatery, Ho Seng Kee noodles at City Square.
![]() |
With Sugi. |
And that started my longest day at the mall. After breakfast, we walked one round, met my wife's friends and then dropped the kids at the indoor playground. As the ladies went shopping, we stayed back and had our lunch at Hailam Kopitiam in front of the playground. As a fan of fried rice, I tried the kerabu fried rice. Can't say it was great, but still edible.
The only time ever Sugi and I ever walked outside was when we headed to Hiap Joo Bakery because he'd like to buy banana cake. As we returned, my wife friend's told me that it was odd that my wife needed to call and asked me to buy the cake. She assumed that I would have bought it, but I told her it went to show that my wife knew me well. I don't buy stuff I don't need, unless I'm being asked to. That's why I could go to Japan with only a small cabin luggage, haha.
![]() |
Pontianak chicken rice. |
We returned to Singapore in the evening. The next morning, my wife and I boarded the ferry to Batam. Instead of the usual routine, we went to Kedai Kopi Aan this time. I had a craving for Pontianak chicken rice and it felt great to eat it again. Every bite tasted like a blast from my childhood. But it was just a small plate, so I went next door for second round: Mr. Lucky's Singkawang noodles!
My wife went for massage as I had my meals, so once I was done, I went to the Grand Batam Mall and waited for her there. She had her late lunch at Daun Pisang and ordered gurame, so I accompanied her by having pempek. My third meal in three hours. We also thought of watching Joker as my wife likes Lady Gaga, but the timing wasn't right, so we eventually left the mall and went to Restoran Sederhana! Oh yes, no visit to Indonesia is complete without nasi Padang! We had to buy back!
We left Batam via Sekupang after that, officially ending our two-day journey. Now, between the two, how was it like? I'd say I love Batam more. I felt at ease when I was there. Not only the food was great, but I also enjoyed the familiarity. Batam was relaxing whereas JB always kept me on my toes...
![]() |
Before the departure... |
Petualangan Per Hari
Tak cuma sekali saya membahas tentang Johor Bahru dan Batam sebagai tujuan wisata akhir pekan. Saya punya cukup banyak cerita tentang dua kota ini. Secara sepintas, saya bisa sebutkan beberapa judul, misalnya saja: Jalan Pagi Lintas Negara; Menemukan Jalan yang Terlupakan; Perjalanan ke Pontian. Walaupun demikian, saya belum pernah mengunjungi dua kota yang berbeda dalam dua hari berturut-turut.
Perjalanan ke JB sudah direncanakan dari jauh hari. Saya membeli tiket kereta berdurasi lima menit ini dari sejak bulan Mei. Jika anda jadi bertanya-tanya, ini karena tiket kereta biasanya telah terjual habis jauh sebelum tanggal keberangkatan. Ini adalah sesuatu yang lumrah untuk kereta Shuttle Tebrau.
Dan saya menaiki kereta ini pada bulan Agustus 2017 untuk pertama dan sekali-kalinya, ketika saya dan Wawa mengunjungi ayah Endrico di JB. Tujuh tahun kemudian, sewaktu saya tiba di Woodlands Checkpoint, saya tidak ada gambaran di mana antrian jalur kereta meskipun kita berjalan melewatinya, haha.
Walau ini adalah liburan keluarga, saya naik Grab bersama teman saya Sugi. Saya sudah kenal Sugi sejak saya tinggal di Jakarta dan bersama-sama kita memulai di Singapura. Jadi senang rasanya bisa berkumpul lagi. Saat tiba di JB, dia membawa kita ke toko mie favoritnya, Ho Seng Kee di City Square.
Lantas mulailah hari yang panjang di mal. Setelah sarapan pagi, kita berkeliling sejenak, lalu berkumpul dengan teman-teman istri saya dan anak-anak pun ditinggal di taman bermain. Ibu-ibu berbelanja sementara saya dan Sugi bersantap siang di Hailam Kopitiam Komtar. Sebagai penggemar nasi goreng, saya memesan nasi goreng kerabu. Ternyata tidak begitu enak, tapi masih bisa dimakan.
Sugi dan saya sempat keluar sejenak dari mal ketika kita menuju ke Toko Roti Hiap Joo karena dia hendak membeli kue kek pisang. Saat kita kembali ke mal, teman istri saya berkomentar sungguh aneh bahwa istri saya perlu menelepon dan meminta saya untuk membelikan kek. Dia berasumsi bahwa saya akan juga membeli, mumpung sudah di sana, tapi saya jelaskan bahwa istri saya mengenal saya dengan baik. Saya tidak membeli barang yang tidak saya butuhkan, kecuali bila ada yang titip. Ini alasannya kenapa saya bisa ke Jepang hanya dengan membawa koper kabin yang kecil, haha.
Kita kembali ke Singapura di malam hari. Keesokan paginya, saya dan istri menaiki feri ke Batam. Namun berbeda dengan biasanya, kali ini saya mampir ke Kedai Kopi Aan. Saya ingin menyantap nasi ayam Pontianak yang sedap rasanya. Setiap sendok persis terasa seperti kenangan masa kecil. Tapi kecil porsinya, sehingga saya pun lanjut ke sebelah: Mie Pangsit Pak Lucky Singkawang.
Istri saya menikmati sesi pijat selagi saya bersantap siang, jadi saat saya selesai, saya berangkat ke Grand Batam Mall dan menunggunya di sana. Dia lantas memesan gurame di restoran Daun Pisang dan saya menemaninya dengan pempek, menu ketiga saya dalam tiga jam terakhir. Selanjutnya kita ingin menonton Joker, terutama karena istri saya juga menyukai Lady Gaga, tapi jam pertunjukannya juga tidak tepat, jadi kita pergi ke Restoran Sederhana! Oh ya, kunjungan ke Indonesia tidak akan lengkap tanpa nasi Padang! Kita bungkus dan bawa pulang.
Lewat Sekupang, kita meninggalkan Batam dan kembali ke Singapura. Perjalanan dua negara dalam dua hari pun usai. Nah, di antara dua kota ini, harus saya katakan bahwa saya lebih suka Batam. Bukan saja makanannya yang lebih cocok, suasananya pun lebih cocok. Batam senantiasa lebih santai sementara JB selalu membuat saya berjaga-jaga...